Kamis, 14 Juni 2012
kesan-kesan saat menonton film dikelas
Kesan yang saya dapat setelah menonton film di kelas , saya harus lebih sayang kepada orang tua saya. kelak nanti ia sudah senja saya harus membahagiakan mereka dan harus memberikan yang terbaik untuk meraka seperti mereka memberikan yang terbaik untuk saya saat saya masih kecil hingga saat ini , saya ingin menjadi anak yang berbakti , serta apabila saya mempunyai orang tua yang kurang sempurna saya tidak akan merasa malu , saya akan selalu memotivasi meraka agar selalu bersyukur dan tidak mudah putus asa . lalu saya , harus lebih berusaha jangan takut akan ke gagalan. Kegagalan bukan berarti kita kalah akan sesuatu melainkan sebagai memotivasi kita menjadi lebih baik , memotivasi kita selalu berusaha agar menjadi seorang yang sukses . lalu kita , harus selalu bersyukur. Saya akan selalu bersyukur telah di berikan kesempurnaan untuk saya karana saya tahu TUHAN itu maha ADIL di balik ini semua saya pasti mempunyai kelebihan yang bisa menjadi ke suksesan dan saya akan selalu berusaha tidak boleh berputus asa dan menyerah , karana yang saya lihat tadi orang yang kurang sempura mereka putus asa, selalu berusaha , bersyukur , dan tidak pernah menyerah akan keadaannya . dan yang terakir saya harus menghargai orang lain . kita ini sama , sama-sama makhluk ciptaan TUHAN kita tidak boleh membeda-bedakan satu sama lain . kita harus menghargai mereka satu sama lain semua itu sana . mereka mempunyai kekeurangan tapi bukan berarti kita harus menjauhinnya , tapi kita harus membantu dan menolongnya , kita tidak boleh sombong dan angkuh .
Semuannya mempunyai kesan yang motivasi kita menjadi lebih baik dan berubah mulai dari saat ini . kenapa mesti menunggu esok atau lain waktu , kita harus mencobannya untuk sekarang .. terimakasih
Rabu, 25 April 2012
penyesuaian diri dan pertumbuhan personal
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery)
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut. Selain itu Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan.
Menjelaskan konsep penyesuaian diri
Penyesuaian diri adalah konspe yang di deskripsikan sebagai adaptasi dan mempertahankan eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, serta dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.
Menurut Haber dan Runyon (1984), mengusulkan beberapa karakteristik penyesuaian diri yang efektif
1. Persepsi yang tepat terhadap realita: mampu mengenali konsekuensi dari tindakan dan mengarahkan perilaku yang sesuai, mampu menyusun dan memodifikasi tujuan yang realistic dan berusahan untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Mampu menghadapi dan mengatasi stress dan kecemasan.
3. Memiliki gambaran diri (self image) yang positif: menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, mengharagai kekuatan yang dimiliki dan menerima kelemahan dengan cara yang positif.
4. Mampu mengekspresikan perasaan secara terkendali. Orang yang sehat secara emosional mampu merasakan dan mengekspresikan nuansa emosi dan perasaan sehingga memungkinkan untuk membangun dan memilihara hubungan interpersonal yang penuh makna.
5. Memiliki hubungan interpersonal yang baik: mampu membina keakraban dalam hubungan sosialnya, nyaman berinteraksi dengan lingkungan menghargai dan dihargai orang lain.
Kita sudah memahami bahwa penyesuaian diri merupakan dasar bagi penentuan derajat kesehatan mental seseorang. Orang yang dapat menyesuaikan diri secara aktif dan realistis sambil tetap mempertahankan stabilitas diri mengindikasikan adanya kesehatan mental yang tinggi pada dirinya. Sebaliknya mereka yang tidak mampu menyesuaikan diri secara aktif, tidak realistik dan tidak stabil dirinya menunjukkan rendahnya kesehatan mental pada dirinya. Dengan kata lain kemampuan penyesuaian diri merupakan variabel utama dalam kesehatan mental. Dengan demikian dapat dipahami bahwa peningkatan derajat kesehatan mental setara dengan peningkatan kemampuan penyesuaian diri yang aktif, realistik disertai dengan stabilitas diri. Kesehatan mental seseorang sering kali dihubungkan dengan kemampuan penyesuaian dirinya. Kehidupan yang tidak selamanya berjalan lancar dan sesuai keinginan, serta hambatan dan pemenuhan pemenuhan kebutuhan dan pemuasan diri sehingga mengganggu kapasitas penyesuaian diri seseorang. Kondisi demikian menimbulkan tekanan yang harus dihadapi individu yang bersangkutan. Konflik dan frustrasi yang bersumber dari faktor internal dan eksternal menjadi sumber stress (Coleman, 1950).Shoben (dalam Korchin, 1976) menyebutkan istilah penyesuaian integrative (integrative adjustment), yang ditanda oleh pengendalian diri, tanggungjawab pribadi dan sosial, minat sosial yang demokratik, dan ide-ide ideal.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut
1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
2. Penyesuaian Sosial
Setiap individu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.
Pembentukan Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri yang baik, yang selalu ingin diraih setiap orang, tidak akan dapat tercapai, kecuali bila kehidupan orang tersebut benar-benar terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan orang tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.
Pada dasarnya penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya, pada penulisan ini beberapa lingkungan yang dianggap dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi remaja, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan Keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam prakteknya banyak orangtua yang mengetahui hal ini namun mengabaikannya dengan alasan mengejar karir dan mencari penghasilan yang besar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa depan anak-anak. Hal ini seringkali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri di kemudian hari. Meskipun bagi remaja hal ini kurang berpengaruh, karena remaja sudah lebih matang tingkat pemahamannya, namun tidak menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi tersebut akan membuat dirinya tertekan, cemas dan stres.
Lingkungan keluarga juga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang dipelajari melalui permainan, senda gurau, sandiwara dan pengalaman-pengalaman sehari-hari di dalam keluarga. Tidak diragukan lagi bahwa dorongan semangat dan persaingan antara anggota keluarga yang dilakukan secara sehat memiliki pengaruh yang penting dalam perkembangan kejiwaan seorang individu. Oleh sebab itu, orangtua sebaiknya jangan menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak dimengerti olehnya atau sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan olehnya, sebab hal tersebut memupuk rasa putus asa pada jiwa individu tersebut.
Dalam hasil interaksi dengan keluarganya individu juga mempelajari sejumlah adat dan kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara berjalan, berbicara, duduk dan lain sebagainya. Selain itu dalam keluarga masih banyak hal lain yang sangat berperan dalam proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya pada orang lain atau diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan, toleransi, kefanatikan, kerjasama, keeratan, kehangatan dan rasa aman karena semua hal tersebut akan berguna bagi masa depannya.
b. Lingkungan Teman Sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa-masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada teman-temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang rencananya, cita-citanya dan dorongan-dorongannya. Dalam semua itu individu menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya.
Dengan demikian pengertian yang diterima dari temanya akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya.
c. Lingkungan Sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.
Karakteristik Penyesuaian Diri
Menurut Hariyadi dkk. (2003) terdapat beberapa karakteristik penyesuaian diri yang positif, diantaranya:
• Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya. Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa orang yang mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah orang yang sanggup menerima kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan di samping kelebihan-kelebihannya. Individu tersebut mampu menghayati kepuasan terhadap keadaan dirinya sendiri, dan membenci apalagi merusak keadaan dirinya betapapun kurang memuaskan menurut penilaiannya. Hal ini bukan berarti bersikap pasif menerima keadaan yang demikian, melainkan ada usaha aktif disertai kesanggupan mengembangkan segenap bakat, potensi, serta kemampuannya secara maksimal.
• Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara objektif, sesuai dengan perkembangan rasional dan perasaan. Orang yang memiliki penyesuaian diri positif memiliki ketajaman dalam memandang realita, dan mampu memperlakukan realitas atau kenyataan secara wajar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Ia dalam berperilaku selalu bersikap mau belajar dari orang lain, sehingga secara terbuka pula ia mau menerima feedback dari orang lain.
• Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada pada dirinya dan kenyataan objektif di luar dirinya. Karakteristik ini ditandai oleh kecenderungan seseorang untuk tidak menyia-nyiakan kekuatan yang ada pada dirinya dan akan melakukan hal-hal yang jauh di luar jangkauan kemampuannya. Hal ini terjadi perimbangan yang rasional antara energi yang dikeluarkan dengan hasil yang diperolehnya, sehingga timbul kepercayaan terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
PENGERTIAN PERTUMBUHAN PERSONAL
Manusia merupakan makhluk individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu
Faktor genetik
1. Faktor keturunan — masa konsepsi
2. Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
3. Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen
4. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
Faktor eksternal / lingkungan
1. Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan
2. Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya
Dari semua faktor-faktor di atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
a. Aliran asosiasi
perubahan terhadap seseorang secara bertahap karena pengaruh dan pengalaman atau empiri (kenyataan) luar, melalui panca indera yang menimbulkan sensasiton (perasaan) maupun pengalaman mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflektion.
b. Psikologi gestalt
pertumbuhan adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal sesuatu secara keseluruhan, baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.
c. Aliran sosiologi
Pertumbuhan adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat yang semula asosial maupun sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan. Pertumbuhan individu sangat penting untuk dijaga dari sejak lahir agar bisa tumbuh menjadi individu yang baik dan berguna untuk sesamanya.
Menjelaskan beberapa konsep yang berkaitan dengan pertumbuhan personal :
1. Penekanan pertumbuhan, penyesuain diri dan pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dariproses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal padaanak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikansebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaanjasmaniah)
yang herediter dalam bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatifyang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
2. Variasi dalam pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.
3.Kondisi-kondisi untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977).
4. Fenomenologi pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33)
Daftar pustaka
Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia.
Siswanto,Spsi.2007.Kesehatan Mental.Yogyakarta : Andi Semiun,
Yustinus . 2006 . Kesehatan Mental . Yogyakarta : Kanisius
Rabu, 04 April 2012
Codes GTA PSP
saya akan memberikan chit permainan psp GTA .
di sini saya sangat menggemari permainan ini jadi saya lebih memilih untuk menuliskan chit permainan ini .. kalo anda berminat dan ingin mengetahuinnya langsung cek aja .. silahkan !
Enter These During Gameplay
effect code
100% of MP Content UP, UP, UP, TRIANGLE, TRIANGLE, CIRCLE, L, R
25% of MP Content UP, UP, UP, SQUARE, SQUARE, TRIANGLE, R, L
50% of MP Content UP, UP, UP, CIRCLE, CIRCLE, X, L, R
75% of MP Content UP, UP, UP, X, X, SQUARE, R, L
All Cars are Black L1, R1, L1, R1, LEFT, CIRCLE, UP, X
Armor UP, DOWN, LEFT, RIGHT, SQUARE, SQUARE, L1, R1
Cars avoid you UP, UP, RIGHT, LEFT, TRIANGLE, CIRCLE, CIRCLE, SQUARE
Chrome Cars RIGHT, UP, LEFT, DOWN, TRIANGLE, TRIANGLE, L1, R1
Clear Weather LEFT, DOWN, R1, L1, RIGHT, UP, LEFT, X
Commit Suicide RIGHT, RIGHT, CIRCLE, CIRCLE, L1, R1, DOWN, X
Destroy All Cars L1, R1, R1, LEFT, RIGHT, SQUARE, DOWN, R1
Faster Clock R1, L1, L1, DOWN, UP, X, DOWN, L1
Faster Gameplay LEFT, LEFT, R1, R1, UP, TRIANGLE, DOWN, X
Foggy Weather LEFT, DOWN, TRIANGLE, X, RIGHT, UP, LEFT, L1
Get $250000 UP, DOWN, LEFT, RIGHT, X, X, L1, R1
Guys Follow You RIGHT, L1, DOWN, L1, CIRCLE, UP, L1, SQUARE
Health UP, DOWN, LEFT, RIGHT, CIRCLE, CIRCLE, L1, R1
LOWER WANTED LEVEL UP,RIGHT,TRIANGLE,TRIANGLE,DOWN,LEFT,X,X
Nearest Ped Gets in Your Vehicle (Only works when inside
of vehicle) DOWN, UP, RIGHT, L1, L1, SQUARE, UP, L1
Overcast Weather LEFT, DOWN, L1, R1, RIGHT, UP, LEFT, SQUARE
Peds Attack You DOWN, TRIANGLE, UP, X, L1, R1, L1, R1
Peds Have Weapons UP, L1, DOWN, R1, LEFT, CIRCLE, RIGHT, TRIANGLE
Peds Riot R1, L1, L1, DOWN, LEFT, CIRCLE, DOWN, L1
Perfect Traction (Press down to 'jump' in cars) DOWN, LEFT, UP, L1, R1, TRIANGLE, CIRCLE, X
Rainy Weather LEFT, DOWN, L1, R1, RIGHT, UP, LEFT, TRIANGLE
Raise Wanted Level UP, RIGHT, SQUARE, SQUARE, DOWN, LEFT, CIRCLE, CIRCLE
Slower Gameplay LEFT, LEFT, CIRCLE, CIRCLE, DOWN, UP, TRIANGLE, X
Spawn Rhino UP, L1, DOWN, R1, LEFT, L1, RIGHT, R1
Spawn Trashmaster DOWN, UP, RIGHT, TRIANGLE, L1, TRIANGLE, L1, TRIANGLE
Sunny Weather LEFT, DOWN, R1, L1, RIGHT, UP, LEFT, CIRCLE
Upside Down Mode 1 SQUARE, SQUARE, SQUARE, L1, L1, R1, LEFT, RIGHT
Upside Down Mode 2 LEFT, LEFT, LEFT, R1, R1, L1, RIGHT, LEFT
Weapon Set 1 LEFT, RIGHT, X, UP, DOWN, SQUARE, LEFT, RIGHT
Weapon Set 2 LEFT, RIGHT, SQUARE, UP, DOWN, TRIANGLE, LEFT, RIGHT
Weapon Set 3 LEFT, RIGHT, TRIANGLE, UP, DOWN, CIRCLE, LEFT, RIGHT
daftae
sekian dari penulisan saya semoga bermanfaat dan selamat mencoba..
di sini saya sangat menggemari permainan ini jadi saya lebih memilih untuk menuliskan chit permainan ini .. kalo anda berminat dan ingin mengetahuinnya langsung cek aja .. silahkan !
Enter These During Gameplay
effect code
100% of MP Content UP, UP, UP, TRIANGLE, TRIANGLE, CIRCLE, L, R
25% of MP Content UP, UP, UP, SQUARE, SQUARE, TRIANGLE, R, L
50% of MP Content UP, UP, UP, CIRCLE, CIRCLE, X, L, R
75% of MP Content UP, UP, UP, X, X, SQUARE, R, L
All Cars are Black L1, R1, L1, R1, LEFT, CIRCLE, UP, X
Armor UP, DOWN, LEFT, RIGHT, SQUARE, SQUARE, L1, R1
Cars avoid you UP, UP, RIGHT, LEFT, TRIANGLE, CIRCLE, CIRCLE, SQUARE
Chrome Cars RIGHT, UP, LEFT, DOWN, TRIANGLE, TRIANGLE, L1, R1
Clear Weather LEFT, DOWN, R1, L1, RIGHT, UP, LEFT, X
Commit Suicide RIGHT, RIGHT, CIRCLE, CIRCLE, L1, R1, DOWN, X
Destroy All Cars L1, R1, R1, LEFT, RIGHT, SQUARE, DOWN, R1
Faster Clock R1, L1, L1, DOWN, UP, X, DOWN, L1
Faster Gameplay LEFT, LEFT, R1, R1, UP, TRIANGLE, DOWN, X
Foggy Weather LEFT, DOWN, TRIANGLE, X, RIGHT, UP, LEFT, L1
Get $250000 UP, DOWN, LEFT, RIGHT, X, X, L1, R1
Guys Follow You RIGHT, L1, DOWN, L1, CIRCLE, UP, L1, SQUARE
Health UP, DOWN, LEFT, RIGHT, CIRCLE, CIRCLE, L1, R1
LOWER WANTED LEVEL UP,RIGHT,TRIANGLE,TRIANGLE,DOWN,LEFT,X,X
Nearest Ped Gets in Your Vehicle (Only works when inside
of vehicle) DOWN, UP, RIGHT, L1, L1, SQUARE, UP, L1
Overcast Weather LEFT, DOWN, L1, R1, RIGHT, UP, LEFT, SQUARE
Peds Attack You DOWN, TRIANGLE, UP, X, L1, R1, L1, R1
Peds Have Weapons UP, L1, DOWN, R1, LEFT, CIRCLE, RIGHT, TRIANGLE
Peds Riot R1, L1, L1, DOWN, LEFT, CIRCLE, DOWN, L1
Perfect Traction (Press down to 'jump' in cars) DOWN, LEFT, UP, L1, R1, TRIANGLE, CIRCLE, X
Rainy Weather LEFT, DOWN, L1, R1, RIGHT, UP, LEFT, TRIANGLE
Raise Wanted Level UP, RIGHT, SQUARE, SQUARE, DOWN, LEFT, CIRCLE, CIRCLE
Slower Gameplay LEFT, LEFT, CIRCLE, CIRCLE, DOWN, UP, TRIANGLE, X
Spawn Rhino UP, L1, DOWN, R1, LEFT, L1, RIGHT, R1
Spawn Trashmaster DOWN, UP, RIGHT, TRIANGLE, L1, TRIANGLE, L1, TRIANGLE
Sunny Weather LEFT, DOWN, R1, L1, RIGHT, UP, LEFT, CIRCLE
Upside Down Mode 1 SQUARE, SQUARE, SQUARE, L1, L1, R1, LEFT, RIGHT
Upside Down Mode 2 LEFT, LEFT, LEFT, R1, R1, L1, RIGHT, LEFT
Weapon Set 1 LEFT, RIGHT, X, UP, DOWN, SQUARE, LEFT, RIGHT
Weapon Set 2 LEFT, RIGHT, SQUARE, UP, DOWN, TRIANGLE, LEFT, RIGHT
Weapon Set 3 LEFT, RIGHT, TRIANGLE, UP, DOWN, CIRCLE, LEFT, RIGHT
daftae
sekian dari penulisan saya semoga bermanfaat dan selamat mencoba..
Focus terhadap abnormal manusia.
Apa si prilaku abnormal dan normal itu ?? saya akan menjelaskannya sedikit tentang prilaku ini . kedua prilaku ini sangat bersangkut paut deagn psikologi . di mana prilaku ini merupakan prilaku yang di lakukan oleh seseorang dengan sewajarnnya atau tidak samsekali atau tidak wajar ( gila) . prilaku yang seharusnnya dilakukan oleh orang dengan wajar dan prilaku yang seharusnnya di lakukan secara baik . denger prilaku abnormal dan normal banyak bangat penjelasanya tapi saya akan menyingkatnnya lebih sedit dan pemahaman yang cukup banyak . lansung cek aja !!
Didalam psikologi sering kita mendengar istilah normal dan abnormal. Seringkali orang mengatakan normal sama dengan sehat (healt). Tetapi sangat berbeda sekali penggunaan kedua struktur kata ini didalam dunia psikologi. Sehat mengandung pengertian keadaan yang sempurna secara biopsikososial, lebih sekedar terbebas dari penyakitataukecacatan
Definisi normal.
Perilaku yang wajar, yang semua orang lakukan karena sudah semestinya adan seharusnya dilakukan. Normal juga dapat di katakan sebagai prilaku yang sehat . prilaku ayng seharusnnya di lakukan oleh orang dengan baik dan sewajrnnya.
Definsi Abormal.
Perilaku yang tidak wajar (menyimpang) atau sesuatu yang tidak seharusnya atas semestinyaa. Atau dapat di katakan sebagai prilaku yang mengalami gangguan kejiwaan pada orang yang tidak berprilaku sepatasnnya .
Perilaku Abormal
Berarti inner personality (kepribadian seseorang) dan penampilan luar (performance = tampilan luar) atau bisa kedua-duanya. Jadi kalau kita menggunakan inner personality tetapi kadang kita menggunakan perilaku dari luar maka bisa disebut orang yang abnormal.
Beberapa penyebab faktor prilaku abnormal
Konflik : baik antar keluarga, teman, komunitas, dll yang terlalu berat, dan penekanan yang berlebihan akan menyebabkan orang bisa menjadi abnormal.
Ekonomi : kekurangan dan kelebihan dari segi materi akan menyebabkan orang bisa menjadi abnormal.
Permasalahan yang tidak diselesaikan, lalu ditumpuk juga akan menyebabkan orang bisa menjadi abnormal. Dalam pandangan psikologi, untuk menjelaskan apakah seorang individu menunjukkan perilaku abnormal dapat dilihat dari tiga kriteria berikut:
1. Kriteria Statistik
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik perilaku yang yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, Dilihat dalam kurve distribusi normal (kurve Bell), jika seorang individu yang menunjukkan karakteristik perilaku berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.
2. Kriteria Norma
Perilaku individu banyak ditentukan oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat, – ekspektasi kultural tentang benar-salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama maupun kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul, dan berbagai kehidupan lainnya. Apabila seorang individu kerapkali menunjukkan perilaku yang melanggar terhadap aturan tak tertulis ini bisa dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal.
3. Kriteria Patologis
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila berdasarkan pertimbangan dan pemeriksaan psikologis dari ahli menunjukkan adanya kelainan atau gangguan mental (mental disorder), seperti: psikophat, psikotik, skizoprenia, psikoneurotik dan berbagai bentuk kelainan psikologis lainnya.
Kriteria yang pertama (statististik) dan kedua (norma) pada dasarnya bisa dideteksi oleh orang awam, tetapi kriteria yang ketiga (patologis) hanya bisa dilakukan oleh orang yang benar-benar memiliki keahlian di bidangnya, misalnya oleh psikolog atau psikiater.
And than, I will explain normal and abnormal human..
Orang normal adalah orang yang apabila mengalami gangguan jiwa, maka ia menyadari bahwa jiwanya sedang terganggu. Orang gila tidak bisa berfikir mengenai dirinya, sedangkan orang yang terganggu kejiwaanya justru selalu berfikir dan bertanya mengapa aku begini. Orang yang abnormal bukan berati orang gila. Tergantung dari sudut mana kita memandang, orang yang abnormal biasanya adalah orang yang memiliki kelebihan atau kekurangan dari apa yang orang normal miliki.
Misalnya rata orang normal memiliki IQ 120, lalu apabila ada orang yang memiliki IQ 140. Apa dia disebut orang abnormal? Jawabannya iya, tetapi apa keabnormalannya negative? Jawabannya tidak. Lalu bagaimana dengan kasus lainnya, misalnya ada orang yang keluar dari rumah tidak berpakaian, apa orang itu disebut normal? Jawabannya tidak, tetapi apa keabnormalannnya negative? Jawabannya iya.
Normal dan tidak normalnnya seseorang bisa berarti positif dan negative, jadi tergantung apa dan bagaimana keabnormalan tersebut berdampak. Jika keabnormalan itu positif bukankah akan lebih baik. Tetapi jika negative, rubah dan perbaiki.
Ada sebuah aturan hidup orang normal yang terkenal tetapi tidak diketahui penulisnya:
Jika kamu membukannya, tutuplah.
Jika kamu menghidupkannya, matikanlah.
Jika kamu membuka kuncinya, kuncilah.
Jika kamu merusaknya, akuilah dan perbaikilah.
Jadi normal atau abnormalnnya seseorang bukan hanya diri kita yang menilai tetapi orang lain pun ikut menilai. Sesuatu yang tidak wajar dan tidak pada tempatnya bisa menjadikan suatu penilaian keabnormalan seseorang dan sebaliknya.
Pendekatan Medis pada Gangguan Mental
• Sejak 2 abad terakhir, konsep gangguan mental sebagai penyakit yang disebabkan oleh faktor natural dan dapat dijelaskan secara ilmiah merupakan pandangan yang cukup dominan.
• Para dokter berusaha menjelaskan bentuk dan jenis penyakit mental, menemukan penyebabnya, ciri-cirinya dan mengembangkan metode treatment yang tepat.
• Anggapan dokter adalah bahwa setiap terjadi perilaku yang patologis merupakan penyakit susunan saraf. Penelitian dalam hal ini sudah banyak dilakukan.
• Tradisi psikiatri medis paling terwakili oleh Emil Kraepelin (1855 – 1926). Ia mencoba mendaftar gejala-gejala yang tampak dari disfungsi mental, kemudian mengklasifikasikan pasien berdasarkan pola simtom dan mengidentifikasi serta mengklasifikasikan penyakit mental.
• Kraepelin melabel 2 penyakit mental parah yang paling umum yakni dementia praecox (sekarang lebih dikenal dengan sebutan skizofrenia, dari istilah Eugen Bleuler) dan manic-depressive psychosis.
DAFTAR PUSTAKA
Sutardjo A. Wiramihardja. 2010. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika Aditama.
Alloy Acocella Bootzin. 1996. Abnormal Pychology. United State Of America : McGra-Hill
Didalam psikologi sering kita mendengar istilah normal dan abnormal. Seringkali orang mengatakan normal sama dengan sehat (healt). Tetapi sangat berbeda sekali penggunaan kedua struktur kata ini didalam dunia psikologi. Sehat mengandung pengertian keadaan yang sempurna secara biopsikososial, lebih sekedar terbebas dari penyakitataukecacatan
Definisi normal.
Perilaku yang wajar, yang semua orang lakukan karena sudah semestinya adan seharusnya dilakukan. Normal juga dapat di katakan sebagai prilaku yang sehat . prilaku ayng seharusnnya di lakukan oleh orang dengan baik dan sewajrnnya.
Definsi Abormal.
Perilaku yang tidak wajar (menyimpang) atau sesuatu yang tidak seharusnya atas semestinyaa. Atau dapat di katakan sebagai prilaku yang mengalami gangguan kejiwaan pada orang yang tidak berprilaku sepatasnnya .
Perilaku Abormal
Berarti inner personality (kepribadian seseorang) dan penampilan luar (performance = tampilan luar) atau bisa kedua-duanya. Jadi kalau kita menggunakan inner personality tetapi kadang kita menggunakan perilaku dari luar maka bisa disebut orang yang abnormal.
Beberapa penyebab faktor prilaku abnormal
Konflik : baik antar keluarga, teman, komunitas, dll yang terlalu berat, dan penekanan yang berlebihan akan menyebabkan orang bisa menjadi abnormal.
Ekonomi : kekurangan dan kelebihan dari segi materi akan menyebabkan orang bisa menjadi abnormal.
Permasalahan yang tidak diselesaikan, lalu ditumpuk juga akan menyebabkan orang bisa menjadi abnormal. Dalam pandangan psikologi, untuk menjelaskan apakah seorang individu menunjukkan perilaku abnormal dapat dilihat dari tiga kriteria berikut:
1. Kriteria Statistik
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik perilaku yang yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, Dilihat dalam kurve distribusi normal (kurve Bell), jika seorang individu yang menunjukkan karakteristik perilaku berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.
2. Kriteria Norma
Perilaku individu banyak ditentukan oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat, – ekspektasi kultural tentang benar-salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama maupun kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul, dan berbagai kehidupan lainnya. Apabila seorang individu kerapkali menunjukkan perilaku yang melanggar terhadap aturan tak tertulis ini bisa dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal.
3. Kriteria Patologis
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila berdasarkan pertimbangan dan pemeriksaan psikologis dari ahli menunjukkan adanya kelainan atau gangguan mental (mental disorder), seperti: psikophat, psikotik, skizoprenia, psikoneurotik dan berbagai bentuk kelainan psikologis lainnya.
Kriteria yang pertama (statististik) dan kedua (norma) pada dasarnya bisa dideteksi oleh orang awam, tetapi kriteria yang ketiga (patologis) hanya bisa dilakukan oleh orang yang benar-benar memiliki keahlian di bidangnya, misalnya oleh psikolog atau psikiater.
And than, I will explain normal and abnormal human..
Orang normal adalah orang yang apabila mengalami gangguan jiwa, maka ia menyadari bahwa jiwanya sedang terganggu. Orang gila tidak bisa berfikir mengenai dirinya, sedangkan orang yang terganggu kejiwaanya justru selalu berfikir dan bertanya mengapa aku begini. Orang yang abnormal bukan berati orang gila. Tergantung dari sudut mana kita memandang, orang yang abnormal biasanya adalah orang yang memiliki kelebihan atau kekurangan dari apa yang orang normal miliki.
Misalnya rata orang normal memiliki IQ 120, lalu apabila ada orang yang memiliki IQ 140. Apa dia disebut orang abnormal? Jawabannya iya, tetapi apa keabnormalannya negative? Jawabannya tidak. Lalu bagaimana dengan kasus lainnya, misalnya ada orang yang keluar dari rumah tidak berpakaian, apa orang itu disebut normal? Jawabannya tidak, tetapi apa keabnormalannnya negative? Jawabannya iya.
Normal dan tidak normalnnya seseorang bisa berarti positif dan negative, jadi tergantung apa dan bagaimana keabnormalan tersebut berdampak. Jika keabnormalan itu positif bukankah akan lebih baik. Tetapi jika negative, rubah dan perbaiki.
Ada sebuah aturan hidup orang normal yang terkenal tetapi tidak diketahui penulisnya:
Jika kamu membukannya, tutuplah.
Jika kamu menghidupkannya, matikanlah.
Jika kamu membuka kuncinya, kuncilah.
Jika kamu merusaknya, akuilah dan perbaikilah.
Jadi normal atau abnormalnnya seseorang bukan hanya diri kita yang menilai tetapi orang lain pun ikut menilai. Sesuatu yang tidak wajar dan tidak pada tempatnya bisa menjadikan suatu penilaian keabnormalan seseorang dan sebaliknya.
Pendekatan Medis pada Gangguan Mental
• Sejak 2 abad terakhir, konsep gangguan mental sebagai penyakit yang disebabkan oleh faktor natural dan dapat dijelaskan secara ilmiah merupakan pandangan yang cukup dominan.
• Para dokter berusaha menjelaskan bentuk dan jenis penyakit mental, menemukan penyebabnya, ciri-cirinya dan mengembangkan metode treatment yang tepat.
• Anggapan dokter adalah bahwa setiap terjadi perilaku yang patologis merupakan penyakit susunan saraf. Penelitian dalam hal ini sudah banyak dilakukan.
• Tradisi psikiatri medis paling terwakili oleh Emil Kraepelin (1855 – 1926). Ia mencoba mendaftar gejala-gejala yang tampak dari disfungsi mental, kemudian mengklasifikasikan pasien berdasarkan pola simtom dan mengidentifikasi serta mengklasifikasikan penyakit mental.
• Kraepelin melabel 2 penyakit mental parah yang paling umum yakni dementia praecox (sekarang lebih dikenal dengan sebutan skizofrenia, dari istilah Eugen Bleuler) dan manic-depressive psychosis.
DAFTAR PUSTAKA
Sutardjo A. Wiramihardja. 2010. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika Aditama.
Alloy Acocella Bootzin. 1996. Abnormal Pychology. United State Of America : McGra-Hill
Anak mogok sekolah akibat bullying
Disini saya akan membahas tentang bullying yang terdpat pada anak-anak..
Bullying ? apa itu sebenarnnya bullying ???
Saya akan menceritakan sedikit tentang anak sekolah dasar yang mendapatkan kekerasan dari temannya sendiri .
Pagi yang cerah tidak lantas membuat Andi menjadi bersemangat pergi ke sekolah. Entah ,kenapa tiba-tiba sudah seminggu ini selalu saja ada alasan si buyung yang baru berusia 6 tahunini untuk tidak berangkat ke sekolah . untuk membangunkannya dari tempat tidur saja butuh waktu yang cukup lama hampir setengah jam . begitu akhirnnya berhasilkannya di bangunkan , kata pertama yang di ucapkan , ‘’ma, aku enngak masuk sekolah perutku sakit’’ . tidak hari ini saja , hari-hari sebelumnnya si Andi ini selalu beralasan, kemarin-marin dengan alasan pusing, dan sakit gigi. Sudah 1 minggu ini andi memang susah untuk berangkat kesekolah , padahal ketika TK Andi sangat rajin dan selalu bersemangat . Usut punya usut ternyata andi di sekolah sering kali menerima perlakuan tidak adil dan kekerasan pada temannya. Jagoan ini selalu meminta paksa barang dan uang Andi. Bukan hanya itu andi juga sering diminta membuatkan PR . Kalo Andi menolak sebuah bolgem mentah sudah siap menunngu dari si perman kecil itu .
Mengenal bullying
Andi yang malah , ternyata bocah lelaki ini yang memang bertubuh lebih kecil dari pada rata-rata temannya ini menjadi korban praktik bullying teman sekolahnnya . Saya akan menjelaskan apa arti bullying itu , bullying merupakan istilah yang memang belum cukup dikenal oleh masyarakat luas, meskipun prilaku eksis di dalam kehidupan bermasyarakat bahkan institusi pendidkan. Menurut Andrew Mellor bullying terjadi karna orang merasa teraniyaya dan di rendahkan oleh tindakan orang lain.baik yang berupa verbal, fisik, maupun mental. Orang tersebut takutapabila prilaku tersebut ajan terjadikembali. Menurut situs Peduli Karakter Anak ( PeKA ), bullying sendiri di artikan sebagai penggunaaan agresi dengan tujuan menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun mental . bullying tindaka sama dengan occasional conflict atau pertengkaranyang umumnnya terjadi apada anak. Bullying juga dapat di artiakan sebagai pengalaman yang biasa di alami oleh anak-anakdan para remaja di sekolah .
1. bullying secara emosioanal anatara lain menilak, meneror , mengisolasi atau menjauhkan ,menekan , memeras, memfitnah , menghina , dan diskriminasi berdasarkan ras , ketidak mampuan ,atau etnik.
2. Bullying secara vervbal misalnnya memberikan nama yang buruk.mengejek , dan menggosip
3. Bullying secara seksual , contohnnya eksibisionisme, berbuat cabul, dan adannya pelecehan seksual .
4. Bullying secara fisik contohnnya memukili , menganiyaya, berbuat yang tidak seharusnnya di lakukan .
Benarkah bullying merupakan bagian dari perkembangan anak ?
Banyakorangyang berpendapat , ejek-mengejek danbagian kenakalan anak di sekolah adalah hal yang biasa . Bahkan , benarkahbullying merupakan bagian dari proses alamaiah perkembangan anak? Psikologi dari AS , PeterSheras , Ph.D dalam bukunnyamenjelaskan perbedaan antara kemarahan , agresi dan bullying.
Kemarahan merupakan emosi yang bisa di rasakan siapa pun, yang dapat mengarahkan pada dorongan agresi dan di salurkan melalui berbagai cara. Bullying yang merupakan tingkah laku agresi. Tanpa rangsangan , untuk mendominasi, menyakiti , menyerang atau mengasingkan orang yang lemah dibandingkan diri atau kelompok .
Kencenderungan melakukan bullying secara fisik,verbal ,emosional, dan sosialmungkin dianggap “alamiah” dalam pengertian yang terbtas, tetapi tidak dapat dilakukan di sekolah . rumah bahkan lingkungan sekitar .
Anak korban bullying cenderung mengalimi gangguan kesehatan
Korban bullying biasannya adalah seseorang yang berulang kali mendaptkan perlakuan kasar dari teman sebayannya , dan biasannya yang menjadi korban bullying seorang laki-laki yang mereka anggap lema secara fisik di bandingkan kelompok sebayannya. Mereka yang menjadi korban memurut penelitian , kebannyakan dari keluarga atau sekolah yang over proktetive .sehinnga anak atau siswa tidak mampu menggembangkansecara maksimal kemampuan untuk memecahkan masalah . siswa yang menjadi korban sering menunjukan ke ganjalan , misalannya cemas , merasa selalu tidak aman , sangat berhati-hati , dan merekan menunnjukan harga diri yang rendah .
Anak yang mendapatkan perlakuan korban bullying khususnnya laki-laki beresiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan mental saat ia beranjak menjadi pria muda. Merekan yang melami bullying cenderung menunjukan kelainan kepribadian antisosialdi bandingkan remaja yang seumuran dengannya . mereka juga bersikap agresif serta mengabaikan hukum dan hak-hak orang lain. Selain itu bullying dapat mengakibatkan gangguan jiwa karna depresi yang di alaminya karna menjadi korban bullying tersebut.
bahayannya bullying untuk anak
suatu studi yang membuktiakan kuat bahwa bullying dapat menyebabkan anak menjadi menderita depresi dan kecemasan . maslah internalisasi merupakan suatu maslah psikologi yaitu suatu maslah yang di arahkan diri sendiri , misalnnya depresi . selain itu intimidasi juga sangat berdampak buruk , faktannya anak yang memiliki gejala-gejala tersebut misalnnya menangis, takut sendiarian , sakit perut memang sangat butuh pertolongan . selain itu anak yang diintimidasi dapat , berpikiran ingin bunuh diri . selain itu prilaku bullying dapat berpengaruh pada masa depan yang berdampak dapat berbuat seperti itu kembali , melalukan kekerasan dan sebainnya .
menurut pendapat saya bullying itu merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan orang lain , tanpa alasan tertentu . bullying di lakukannya dapat menjadi tekan yang kuat , depresi , gangguan mental lainnya . bullying juga dapat mengakibatkan prilaku buruk di masa depan . selain itu seharusnnya bulling tiadak harus di lakukan , bulling tersebt sudahtidak asing lagi di dunia ini . bulling tidak hanya di lakukan oleh teman , bahkan orang tua , orang sekita lingkungan yng menjadi memicunnya .
Daftar Pustaka
Musbikin,Imam.2012.Mengatasi Anak Mogok Sekolah Dan Malas Belajar.Yogyakarta : Laksana
Akbar,R. (2001). Psikologi perkembangan anak. Jakarta : P.T. Grasindo.
Bullying ? apa itu sebenarnnya bullying ???
Saya akan menceritakan sedikit tentang anak sekolah dasar yang mendapatkan kekerasan dari temannya sendiri .
Pagi yang cerah tidak lantas membuat Andi menjadi bersemangat pergi ke sekolah. Entah ,kenapa tiba-tiba sudah seminggu ini selalu saja ada alasan si buyung yang baru berusia 6 tahunini untuk tidak berangkat ke sekolah . untuk membangunkannya dari tempat tidur saja butuh waktu yang cukup lama hampir setengah jam . begitu akhirnnya berhasilkannya di bangunkan , kata pertama yang di ucapkan , ‘’ma, aku enngak masuk sekolah perutku sakit’’ . tidak hari ini saja , hari-hari sebelumnnya si Andi ini selalu beralasan, kemarin-marin dengan alasan pusing, dan sakit gigi. Sudah 1 minggu ini andi memang susah untuk berangkat kesekolah , padahal ketika TK Andi sangat rajin dan selalu bersemangat . Usut punya usut ternyata andi di sekolah sering kali menerima perlakuan tidak adil dan kekerasan pada temannya. Jagoan ini selalu meminta paksa barang dan uang Andi. Bukan hanya itu andi juga sering diminta membuatkan PR . Kalo Andi menolak sebuah bolgem mentah sudah siap menunngu dari si perman kecil itu .
Mengenal bullying
Andi yang malah , ternyata bocah lelaki ini yang memang bertubuh lebih kecil dari pada rata-rata temannya ini menjadi korban praktik bullying teman sekolahnnya . Saya akan menjelaskan apa arti bullying itu , bullying merupakan istilah yang memang belum cukup dikenal oleh masyarakat luas, meskipun prilaku eksis di dalam kehidupan bermasyarakat bahkan institusi pendidkan. Menurut Andrew Mellor bullying terjadi karna orang merasa teraniyaya dan di rendahkan oleh tindakan orang lain.baik yang berupa verbal, fisik, maupun mental. Orang tersebut takutapabila prilaku tersebut ajan terjadikembali. Menurut situs Peduli Karakter Anak ( PeKA ), bullying sendiri di artikan sebagai penggunaaan agresi dengan tujuan menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun mental . bullying tindaka sama dengan occasional conflict atau pertengkaranyang umumnnya terjadi apada anak. Bullying juga dapat di artiakan sebagai pengalaman yang biasa di alami oleh anak-anakdan para remaja di sekolah .
1. bullying secara emosioanal anatara lain menilak, meneror , mengisolasi atau menjauhkan ,menekan , memeras, memfitnah , menghina , dan diskriminasi berdasarkan ras , ketidak mampuan ,atau etnik.
2. Bullying secara vervbal misalnnya memberikan nama yang buruk.mengejek , dan menggosip
3. Bullying secara seksual , contohnnya eksibisionisme, berbuat cabul, dan adannya pelecehan seksual .
4. Bullying secara fisik contohnnya memukili , menganiyaya, berbuat yang tidak seharusnnya di lakukan .
Benarkah bullying merupakan bagian dari perkembangan anak ?
Banyakorangyang berpendapat , ejek-mengejek danbagian kenakalan anak di sekolah adalah hal yang biasa . Bahkan , benarkahbullying merupakan bagian dari proses alamaiah perkembangan anak? Psikologi dari AS , PeterSheras , Ph.D dalam bukunnyamenjelaskan perbedaan antara kemarahan , agresi dan bullying.
Kemarahan merupakan emosi yang bisa di rasakan siapa pun, yang dapat mengarahkan pada dorongan agresi dan di salurkan melalui berbagai cara. Bullying yang merupakan tingkah laku agresi. Tanpa rangsangan , untuk mendominasi, menyakiti , menyerang atau mengasingkan orang yang lemah dibandingkan diri atau kelompok .
Kencenderungan melakukan bullying secara fisik,verbal ,emosional, dan sosialmungkin dianggap “alamiah” dalam pengertian yang terbtas, tetapi tidak dapat dilakukan di sekolah . rumah bahkan lingkungan sekitar .
Anak korban bullying cenderung mengalimi gangguan kesehatan
Korban bullying biasannya adalah seseorang yang berulang kali mendaptkan perlakuan kasar dari teman sebayannya , dan biasannya yang menjadi korban bullying seorang laki-laki yang mereka anggap lema secara fisik di bandingkan kelompok sebayannya. Mereka yang menjadi korban memurut penelitian , kebannyakan dari keluarga atau sekolah yang over proktetive .sehinnga anak atau siswa tidak mampu menggembangkansecara maksimal kemampuan untuk memecahkan masalah . siswa yang menjadi korban sering menunjukan ke ganjalan , misalannya cemas , merasa selalu tidak aman , sangat berhati-hati , dan merekan menunnjukan harga diri yang rendah .
Anak yang mendapatkan perlakuan korban bullying khususnnya laki-laki beresiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan mental saat ia beranjak menjadi pria muda. Merekan yang melami bullying cenderung menunjukan kelainan kepribadian antisosialdi bandingkan remaja yang seumuran dengannya . mereka juga bersikap agresif serta mengabaikan hukum dan hak-hak orang lain. Selain itu bullying dapat mengakibatkan gangguan jiwa karna depresi yang di alaminya karna menjadi korban bullying tersebut.
bahayannya bullying untuk anak
suatu studi yang membuktiakan kuat bahwa bullying dapat menyebabkan anak menjadi menderita depresi dan kecemasan . maslah internalisasi merupakan suatu maslah psikologi yaitu suatu maslah yang di arahkan diri sendiri , misalnnya depresi . selain itu intimidasi juga sangat berdampak buruk , faktannya anak yang memiliki gejala-gejala tersebut misalnnya menangis, takut sendiarian , sakit perut memang sangat butuh pertolongan . selain itu anak yang diintimidasi dapat , berpikiran ingin bunuh diri . selain itu prilaku bullying dapat berpengaruh pada masa depan yang berdampak dapat berbuat seperti itu kembali , melalukan kekerasan dan sebainnya .
menurut pendapat saya bullying itu merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan orang lain , tanpa alasan tertentu . bullying di lakukannya dapat menjadi tekan yang kuat , depresi , gangguan mental lainnya . bullying juga dapat mengakibatkan prilaku buruk di masa depan . selain itu seharusnnya bulling tiadak harus di lakukan , bulling tersebt sudahtidak asing lagi di dunia ini . bulling tidak hanya di lakukan oleh teman , bahkan orang tua , orang sekita lingkungan yng menjadi memicunnya .
Daftar Pustaka
Musbikin,Imam.2012.Mengatasi Anak Mogok Sekolah Dan Malas Belajar.Yogyakarta : Laksana
Akbar,R. (2001). Psikologi perkembangan anak. Jakarta : P.T. Grasindo.
Senin, 19 Maret 2012
sejarah kesehatan mental, konsep sehat ,serta kepribadian sehat
Sejarah kesehatan mental
Setelah Perang Dunia II, perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia. Pepatah Yunani tentang mens sana in confore sano merupakan satu indikasi bahwa masyarakat di zaman sebelum masehi pun sudah memperhatikan betapa pentingnya aspek kesehatan mental.
Yang tercatat dalam sejarah ilmu, khususnya di bidang kesehatan mental, kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban. Untuk lebih lanjutnya, berikut dikemukakan secara singkat tentang sejarah perkembangan kesehatan mental.
1. Kesehatan itu sendiri adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan Mental yaitu gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya).
Jika kedua difinisi tersebut digabungkan kesehatan mental yaitu dimana seseorang sanggup menikmati hidup ini, bisa diterima dikalangan masyarakat, menerimanya dan sanggup bersosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya.
Jika dilihat dari sejarah perkembangan kesehatan mental semakin lama mengalamai perubahan setelah Perang Dunia II, perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban.
seperti ilmu psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia tidak berbeda dengan kesehatan mental hanya saja masalah dan cara penagannya berbeda pada saat itu.
Jaman dulu banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai penyakit mental, ada yang percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap penyakit jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat sehingga para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat dengan rantai besi.
Namun seiring jaman yang semakin maju dan perkembangan ilmu pengetahuan Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris, mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Lalu mereka dikenal dengan masa masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Dan selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan.
Dan banyak tokoh mengenai perkembangan sejarah kesehatan mental seperti :
1. Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika.
2. Clifford Whittingham Beers (1876-1943). karena Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan saat di rumah sakit jiwa.
Serta beers menulis buku yang berjudul ”A Mind That Found Itself”
melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan, Beers menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhan bagi penderita gangguan mental dan menyusun suatu program yang beriisikan :
1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
Para psikolog besar sangat terkesan oleh Beers termasuk William James dan Adolf Meyer. Pada akhirnya Adolf Meyer menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
Dasar dan Tujuan Mempelajari Kesehatan Mental
Ketenangan hidup, ketentraman jiwa atau kebahagiaan batin, tidak tergantung kepada faktor-faktor luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dsb. akan tetapi lebih tergantung dari cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.
Serta pemahaman terhadap kesehatan mental itu sendiri yaitu untuk memestikan akan pengetahuan tentang konsep dasar kesehatan mental, yaitu motivasi (motivation), pertarungan psikologikal (psychologgical conflict), kerisauan (anciety), dan cara membela diri.
Mempelajari kesehatan pada berbagai ilmu itu pada prinsipnya bertujuan sebagai berikut:
1. Memahami makna kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya.
2. Memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penanganan kesehatan mental.
3. Memiliki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan kesehatan mental masayarakat.
4. Meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi timbulnya gangguan mental masyarakat.
Konsep sehat
Konsep Sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimanaindividu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal ( psikologis,intelektua, spiritual dan penyakit
) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi)
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi jugameliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.Menurut
WHO (1947)
Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO,1947).Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat meningkatkankonsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
UU No.23,1992
tentang Kesehatan menyatakan bahwa:
Kesehatan adalah keadaan sejahteradari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi
. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.Dalam
Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalammewujudkan tingkat kesehatan seseorang :
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluhsakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampaksakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalamigangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran,emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untukmengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dansebagainya.
•Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikanrasa syukur, pujian, kepercayaan.
3. Kesehatan sosial
terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras,suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dansebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi
terlihat bila seseorang (dewasa)produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang
menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.
Kepribadian sehat
Dalam psikologi dikenal berbagai macam mazhab dengan teorinya yang berbeda-beda, begitu juga dengan pengertian kepribadian sehat berbeda-beda pada tiap mazhab.
A. Menurut Psikoanalisa:
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freuddan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.
Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif, alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini mengabaikan Potensi yang dimiliki oleh manusia. Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini.
Kepribadian yang normal (sehat).
1) Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2) Kepribadian sehat adalah Hasil dari belajar dalam mengatasi tekanan dan kecemasan.
3) Kesehatan mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego. (Prayitno, dalam Ifdil)
B. Menurut Behaviorisme:
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari fungsionalisme.
Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam suatu system kompleks yang bertigkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum behavioris, individu digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas, seperti alat pengatur panas.
Prinsip dasar behaviorisme:
1) Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
2) Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
3) Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
4) Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
5) Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
6) Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
C. ORANG YANG MATANG (MODEL ALLPORT)
Pendekatan Allport Terhadap Kepribadian
Orang tua Allport menekankan pentingnya kerja keras dan kesalehan, dan mereka membentukanya dengan suasana aman dan kasih sayang, oleh karena Allport lebih optimis tentang kodrat manusia daripada Freud. Dia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia karena sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya.
Gambaran kodrat manusia menurut Allport adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung-nyanjung. Salah satu pendekatan yang berguna terhadap pemahaman segi pandangan psikologis Allport adalah mengemukakan tema-tema pokok dari teorinya tentang kepribadian dan menunjukkan bagaimana tema-tema itu berbeda dari apa yang terdapat pada Freud.
Menurut Allport kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Orang-orang yang neurotis terikat atau terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, tetapi orang-orang yang sehat bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Pandangan orang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanan-kanak. Segi pandang yang sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak.
Karena Allport mengetahui perbedaan-perbedaan antara manusia yang neurotis dan manusia yang sehat ini, maka dia lebih suka mempelajari hanya orang-orang dewasa yang matang dan kerena itu sistem dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.
• Motivasi pada Pribadi yang Sehat
Allport percaya bahwa masalah yang sangat penting bagi para ahli psikologi yang memperlajari kepribadian ialah usaha untuk menerangkan motivasi. Menurut Allport, motif-motif seorang dewasa bukan perpanjangan atau perluasan motif-motif masa kanak-kanak. Motif-motif orang dewasa secara fungsional otonom terhadap masa kanak-kanak , yakni motif-motif itu tidak tergantung pada keadaan-keadaan asli.
“Kodrat intensional” (intentional nature) kepribadian sehat (perjuangan ke arah masa depan) mempersatukan dan mengintegrasikan seluruh kepribadian. Kendati mungkin seseorang ditimpa oleh masalah-masalah dan konflik-konflik (dan bahkan kepribadian yang sehat tidak sama sekali bebas dari masalah-masalah), kepribadiannya dalam arti tertentu dapat menjadi utuh dengan mengintegrasikan semua seginya untuk mencapai tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
Manusia yang sehat memiliki kebutuhan terus-menerus akan variasi, sensasi dan tantangan-tantangan baru. Mereka tidak suka akan hal yang rutin dan mencari pengalaman baru. Mereka mengambil resiko, berspekulasi dan menyelidiki hal baru. Allport percaya melalui pengalaman dan resiko yang yang menimbulkan tegangan ini, manusia dapat tumbuh.
• Kriteria Kepribadian yang Matang
Tujuh kriteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1. Perluasan Perasaan Diri
Ketika diri berkembang maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Pertama, diri berpusat pada individu, kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Ketika orang berkembang menjadi matang maka, dia mengembangkan perhatian-perhatian diluar diri. Akan tetapi tidak cukup hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang diluar dirinya oleh karena itu, orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh.
Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktifitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia akan sehat secara psikologis. Diri akan menjadi tertanam dalam aktifitas yang penuh arti dan aktifitas ini menjadi perluasan perasaan diri.
2. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan 2 macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain yaitu, kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, dan teman akrab. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman ialah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Hubungan cinta dari orang-orang yang neurotis dengan hubungan cinta dari kepribadian-kepribadian yang sehat mempunyai perbedaan. Orang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak dari pada kemampuan mereka untuk memberinya. Cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
Tipe kehangatan yang kedua, perasaan terharu adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Orang yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat mengakui kelemahan manusia dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan yang sama. Akan tetapi orang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3. Keamanan emosional
Kualitas utama dari kepribadian yang sehat adalah penerimaan diri. Kepribadian yang sehat menerima semua segi yang ada dari mereka, termasuk kelemahan dan kekurangan secara pasif pada kelemahan dan kekurangan tersebut, mereka juga mampu menerima emosi-emosi manusia dan tidak bersembunyi dari emosi itu, dan mengontrol emosi-emosi mereka sehingga emosi ini tidak mengganggu aktivitas antar pribadi. Akan tetapi orang neurotis menyerah pada emosi apa saja yang dominan pada saat itu. Berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau kebencian walaupun perasaan ini mungkin tidak tepat.
Orang yang sehat mampu hidup dengan inti dan segi-segi lain dalam kodrat manusia, dengan sedikit konflik dalam diri mereka atau dengan masyarakat. Kualitas lain dari keamanan emosional ialah “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan dari kemauan dan keinginan. Orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran, mereka tidak menyerahkan diri pada kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara yang berbeda dan tidak bebas dari perasaan-perasaan tidak aman dan ketakutan-ketakutan, tetapi mereka merasa kurang terancam dan dapat menanggulangi perasaan tersebut dengan lebih baik dari pada orang yang neurotis.
4. Persepsi Realistis
Orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang yang neurotis kerap kali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Mereka tidak perlu percaya bahwa orang lain atau situasi semuanya jahat atau baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5. Ketrampilan-ketrampilan dan Tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya meneggelamkan diri sendiri didalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukan perkembangan ketrampilan dan bakat tertentu (suatu tingkat kemampuan). Allport juga mengemukakan ada kemungkinan bahwa orang-orang yang memiliki ketrampilan menjadi neurotis. Akan tetapi tidak mungkin menemukan orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan ketrampilan mereka pada pekerjaan mereka.
Komitmen dalam orang sehat begitu kuat sehingga mereka sanggup menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan (seperti kebanggaan) ketika mereka terbenam dalam pekerjaan mereka. Pekerjaan ini ada hubungannya dengan tanggung jawab dan kelangsungan hidup yang positif. Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesahatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.
6. Pemahaman Diri
Usaha untuk mengetahui diri secara objektif mulai pada awal kehidupan dan tidak akan pernah berhenti tetapi ada kemungkinan mencapai suatu tingkat pemahaman diri tertentu yang berguna dalam setiap usia. Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negative kepada orang lain. Orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas dari pada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
Daftar Pustaka
Semiun, Yustinus . 2006 . Kesehatan Mental . Yogyakarta : Kanisius
Sutardjo A. Wiraminardja.2010.Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika aditama
Siswanto,Spsi.2007.Kesehatan Mental.Yogyakarta : Andi
Shultz, Duane. 1991. Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius
Setelah Perang Dunia II, perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia. Pepatah Yunani tentang mens sana in confore sano merupakan satu indikasi bahwa masyarakat di zaman sebelum masehi pun sudah memperhatikan betapa pentingnya aspek kesehatan mental.
Yang tercatat dalam sejarah ilmu, khususnya di bidang kesehatan mental, kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban. Untuk lebih lanjutnya, berikut dikemukakan secara singkat tentang sejarah perkembangan kesehatan mental.
1. Kesehatan itu sendiri adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan Mental yaitu gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya).
Jika kedua difinisi tersebut digabungkan kesehatan mental yaitu dimana seseorang sanggup menikmati hidup ini, bisa diterima dikalangan masyarakat, menerimanya dan sanggup bersosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya.
Jika dilihat dari sejarah perkembangan kesehatan mental semakin lama mengalamai perubahan setelah Perang Dunia II, perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban.
seperti ilmu psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia tidak berbeda dengan kesehatan mental hanya saja masalah dan cara penagannya berbeda pada saat itu.
Jaman dulu banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai penyakit mental, ada yang percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap penyakit jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat sehingga para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat dengan rantai besi.
Namun seiring jaman yang semakin maju dan perkembangan ilmu pengetahuan Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris, mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Lalu mereka dikenal dengan masa masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Dan selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan.
Dan banyak tokoh mengenai perkembangan sejarah kesehatan mental seperti :
1. Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika.
2. Clifford Whittingham Beers (1876-1943). karena Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan saat di rumah sakit jiwa.
Serta beers menulis buku yang berjudul ”A Mind That Found Itself”
melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan, Beers menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhan bagi penderita gangguan mental dan menyusun suatu program yang beriisikan :
1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
Para psikolog besar sangat terkesan oleh Beers termasuk William James dan Adolf Meyer. Pada akhirnya Adolf Meyer menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
Dasar dan Tujuan Mempelajari Kesehatan Mental
Ketenangan hidup, ketentraman jiwa atau kebahagiaan batin, tidak tergantung kepada faktor-faktor luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dsb. akan tetapi lebih tergantung dari cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.
Serta pemahaman terhadap kesehatan mental itu sendiri yaitu untuk memestikan akan pengetahuan tentang konsep dasar kesehatan mental, yaitu motivasi (motivation), pertarungan psikologikal (psychologgical conflict), kerisauan (anciety), dan cara membela diri.
Mempelajari kesehatan pada berbagai ilmu itu pada prinsipnya bertujuan sebagai berikut:
1. Memahami makna kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya.
2. Memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penanganan kesehatan mental.
3. Memiliki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan kesehatan mental masayarakat.
4. Meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi timbulnya gangguan mental masyarakat.
Konsep sehat
Konsep Sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimanaindividu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal ( psikologis,intelektua, spiritual dan penyakit
) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi)
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi jugameliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.Menurut
WHO (1947)
Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO,1947).Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat meningkatkankonsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
UU No.23,1992
tentang Kesehatan menyatakan bahwa:
Kesehatan adalah keadaan sejahteradari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi
. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.Dalam
Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalammewujudkan tingkat kesehatan seseorang :
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluhsakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampaksakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalamigangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran,emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untukmengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dansebagainya.
•Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikanrasa syukur, pujian, kepercayaan.
3. Kesehatan sosial
terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras,suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dansebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi
terlihat bila seseorang (dewasa)produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang
menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.
Kepribadian sehat
Dalam psikologi dikenal berbagai macam mazhab dengan teorinya yang berbeda-beda, begitu juga dengan pengertian kepribadian sehat berbeda-beda pada tiap mazhab.
A. Menurut Psikoanalisa:
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freuddan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.
Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif, alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini mengabaikan Potensi yang dimiliki oleh manusia. Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini.
Kepribadian yang normal (sehat).
1) Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2) Kepribadian sehat adalah Hasil dari belajar dalam mengatasi tekanan dan kecemasan.
3) Kesehatan mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego. (Prayitno, dalam Ifdil)
B. Menurut Behaviorisme:
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari fungsionalisme.
Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam suatu system kompleks yang bertigkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum behavioris, individu digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas, seperti alat pengatur panas.
Prinsip dasar behaviorisme:
1) Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
2) Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
3) Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
4) Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
5) Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
6) Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
C. ORANG YANG MATANG (MODEL ALLPORT)
Pendekatan Allport Terhadap Kepribadian
Orang tua Allport menekankan pentingnya kerja keras dan kesalehan, dan mereka membentukanya dengan suasana aman dan kasih sayang, oleh karena Allport lebih optimis tentang kodrat manusia daripada Freud. Dia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia karena sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya.
Gambaran kodrat manusia menurut Allport adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung-nyanjung. Salah satu pendekatan yang berguna terhadap pemahaman segi pandangan psikologis Allport adalah mengemukakan tema-tema pokok dari teorinya tentang kepribadian dan menunjukkan bagaimana tema-tema itu berbeda dari apa yang terdapat pada Freud.
Menurut Allport kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Orang-orang yang neurotis terikat atau terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, tetapi orang-orang yang sehat bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Pandangan orang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanan-kanak. Segi pandang yang sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak.
Karena Allport mengetahui perbedaan-perbedaan antara manusia yang neurotis dan manusia yang sehat ini, maka dia lebih suka mempelajari hanya orang-orang dewasa yang matang dan kerena itu sistem dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.
• Motivasi pada Pribadi yang Sehat
Allport percaya bahwa masalah yang sangat penting bagi para ahli psikologi yang memperlajari kepribadian ialah usaha untuk menerangkan motivasi. Menurut Allport, motif-motif seorang dewasa bukan perpanjangan atau perluasan motif-motif masa kanak-kanak. Motif-motif orang dewasa secara fungsional otonom terhadap masa kanak-kanak , yakni motif-motif itu tidak tergantung pada keadaan-keadaan asli.
“Kodrat intensional” (intentional nature) kepribadian sehat (perjuangan ke arah masa depan) mempersatukan dan mengintegrasikan seluruh kepribadian. Kendati mungkin seseorang ditimpa oleh masalah-masalah dan konflik-konflik (dan bahkan kepribadian yang sehat tidak sama sekali bebas dari masalah-masalah), kepribadiannya dalam arti tertentu dapat menjadi utuh dengan mengintegrasikan semua seginya untuk mencapai tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
Manusia yang sehat memiliki kebutuhan terus-menerus akan variasi, sensasi dan tantangan-tantangan baru. Mereka tidak suka akan hal yang rutin dan mencari pengalaman baru. Mereka mengambil resiko, berspekulasi dan menyelidiki hal baru. Allport percaya melalui pengalaman dan resiko yang yang menimbulkan tegangan ini, manusia dapat tumbuh.
• Kriteria Kepribadian yang Matang
Tujuh kriteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1. Perluasan Perasaan Diri
Ketika diri berkembang maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Pertama, diri berpusat pada individu, kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Ketika orang berkembang menjadi matang maka, dia mengembangkan perhatian-perhatian diluar diri. Akan tetapi tidak cukup hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang diluar dirinya oleh karena itu, orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh.
Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktifitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia akan sehat secara psikologis. Diri akan menjadi tertanam dalam aktifitas yang penuh arti dan aktifitas ini menjadi perluasan perasaan diri.
2. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan 2 macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain yaitu, kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, dan teman akrab. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman ialah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Hubungan cinta dari orang-orang yang neurotis dengan hubungan cinta dari kepribadian-kepribadian yang sehat mempunyai perbedaan. Orang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak dari pada kemampuan mereka untuk memberinya. Cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
Tipe kehangatan yang kedua, perasaan terharu adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Orang yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat mengakui kelemahan manusia dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan yang sama. Akan tetapi orang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3. Keamanan emosional
Kualitas utama dari kepribadian yang sehat adalah penerimaan diri. Kepribadian yang sehat menerima semua segi yang ada dari mereka, termasuk kelemahan dan kekurangan secara pasif pada kelemahan dan kekurangan tersebut, mereka juga mampu menerima emosi-emosi manusia dan tidak bersembunyi dari emosi itu, dan mengontrol emosi-emosi mereka sehingga emosi ini tidak mengganggu aktivitas antar pribadi. Akan tetapi orang neurotis menyerah pada emosi apa saja yang dominan pada saat itu. Berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau kebencian walaupun perasaan ini mungkin tidak tepat.
Orang yang sehat mampu hidup dengan inti dan segi-segi lain dalam kodrat manusia, dengan sedikit konflik dalam diri mereka atau dengan masyarakat. Kualitas lain dari keamanan emosional ialah “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan dari kemauan dan keinginan. Orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran, mereka tidak menyerahkan diri pada kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara yang berbeda dan tidak bebas dari perasaan-perasaan tidak aman dan ketakutan-ketakutan, tetapi mereka merasa kurang terancam dan dapat menanggulangi perasaan tersebut dengan lebih baik dari pada orang yang neurotis.
4. Persepsi Realistis
Orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang yang neurotis kerap kali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Mereka tidak perlu percaya bahwa orang lain atau situasi semuanya jahat atau baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5. Ketrampilan-ketrampilan dan Tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya meneggelamkan diri sendiri didalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukan perkembangan ketrampilan dan bakat tertentu (suatu tingkat kemampuan). Allport juga mengemukakan ada kemungkinan bahwa orang-orang yang memiliki ketrampilan menjadi neurotis. Akan tetapi tidak mungkin menemukan orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan ketrampilan mereka pada pekerjaan mereka.
Komitmen dalam orang sehat begitu kuat sehingga mereka sanggup menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan (seperti kebanggaan) ketika mereka terbenam dalam pekerjaan mereka. Pekerjaan ini ada hubungannya dengan tanggung jawab dan kelangsungan hidup yang positif. Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesahatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.
6. Pemahaman Diri
Usaha untuk mengetahui diri secara objektif mulai pada awal kehidupan dan tidak akan pernah berhenti tetapi ada kemungkinan mencapai suatu tingkat pemahaman diri tertentu yang berguna dalam setiap usia. Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negative kepada orang lain. Orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas dari pada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
Daftar Pustaka
Semiun, Yustinus . 2006 . Kesehatan Mental . Yogyakarta : Kanisius
Sutardjo A. Wiraminardja.2010.Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika aditama
Siswanto,Spsi.2007.Kesehatan Mental.Yogyakarta : Andi
Shultz, Duane. 1991. Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius
konsep sehat dan dimensinya
Konsep Sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimanaindividu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal ( psikologis,intelektua, spiritual dan penyakit
) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi)
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi jugameliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.Menurut
WHO (1947)
Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO,1947).Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat meningkatkankonsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
UU No.23,1992
tentang Kesehatan menyatakan bahwa:
Kesehatan adalah keadaan sejahteradari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi
. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.Dalam
Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalammewujudkan tingkat kesehatan seseorang :
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluhsakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampaksakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalamigangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran,emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untukmengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dansebagainya.
•Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikanrasa syukur, pujian, kepercayaan.
3. Kesehatan sosial
terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras,suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dansebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi
terlihat bila seseorang (dewasa)produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang
menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.
Daftar putaka
Daftar Pustaka
Sutardjo A. Wiraminardja.2010.Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika aditama
Semioun, yustinus.2006. Kesehatan Mental 1.Yogyakarta : Kanisius
) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi)
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi jugameliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.Menurut
WHO (1947)
Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO,1947).Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat meningkatkankonsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
UU No.23,1992
tentang Kesehatan menyatakan bahwa:
Kesehatan adalah keadaan sejahteradari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi
. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.Dalam
Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalammewujudkan tingkat kesehatan seseorang :
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluhsakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampaksakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalamigangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran,emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untukmengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dansebagainya.
•Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikanrasa syukur, pujian, kepercayaan.
3. Kesehatan sosial
terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras,suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dansebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi
terlihat bila seseorang (dewasa)produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang
menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.
Daftar putaka
Daftar Pustaka
Sutardjo A. Wiraminardja.2010.Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika aditama
Semioun, yustinus.2006. Kesehatan Mental 1.Yogyakarta : Kanisius
Minggu, 18 Maret 2012
Kepribadian sehat
Kepribadian sehat
Dalam psikologi dikenal berbagai macam mazhab dengan teorinya yang berbeda-beda, begitu juga dengan pengertian kepribadian sehat berbeda-beda pada tiap mazhab.
A. Menurut Psikoanalisa:
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freuddan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.
Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif, alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini mengabaikan Potensi yang dimiliki oleh manusia. Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini.
Kepribadian yang normal (sehat).
1) Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2) Kepribadian sehat adalah Hasil dari belajar dalam mengatasi tekanan dan kecemasan.
3) Kesehatan mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego. (Prayitno, dalam Ifdil)
B. Menurut Behaviorisme:
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari fungsionalisme.
Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam suatu system kompleks yang bertigkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum behavioris, individu digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas, seperti alat pengatur panas.
Prinsip dasar behaviorisme:
1) Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
2) Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
3) Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
4) Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
5) Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
6) Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
C. ORANG YANG MATANG (MODEL ALLPORT)
Pendekatan Allport Terhadap Kepribadian
Orang tua Allport menekankan pentingnya kerja keras dan kesalehan, dan mereka membentukanya dengan suasana aman dan kasih sayang, oleh karena Allport lebih optimis tentang kodrat manusia daripada Freud. Dia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia karena sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya.
Gambaran kodrat manusia menurut Allport adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung-nyanjung. Salah satu pendekatan yang berguna terhadap pemahaman segi pandangan psikologis Allport adalah mengemukakan tema-tema pokok dari teorinya tentang kepribadian dan menunjukkan bagaimana tema-tema itu berbeda dari apa yang terdapat pada Freud.
Menurut Allport kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Orang-orang yang neurotis terikat atau terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, tetapi orang-orang yang sehat bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Pandangan orang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanan-kanak. Segi pandang yang sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak.
Karena Allport mengetahui perbedaan-perbedaan antara manusia yang neurotis dan manusia yang sehat ini, maka dia lebih suka mempelajari hanya orang-orang dewasa yang matang dan kerena itu sistem dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.
• Motivasi pada Pribadi yang Sehat
Allport percaya bahwa masalah yang sangat penting bagi para ahli psikologi yang memperlajari kepribadian ialah usaha untuk menerangkan motivasi. Menurut Allport, motif-motif seorang dewasa bukan perpanjangan atau perluasan motif-motif masa kanak-kanak. Motif-motif orang dewasa secara fungsional otonom terhadap masa kanak-kanak , yakni motif-motif itu tidak tergantung pada keadaan-keadaan asli.
“Kodrat intensional” (intentional nature) kepribadian sehat (perjuangan ke arah masa depan) mempersatukan dan mengintegrasikan seluruh kepribadian. Kendati mungkin seseorang ditimpa oleh masalah-masalah dan konflik-konflik (dan bahkan kepribadian yang sehat tidak sama sekali bebas dari masalah-masalah), kepribadiannya dalam arti tertentu dapat menjadi utuh dengan mengintegrasikan semua seginya untuk mencapai tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
Manusia yang sehat memiliki kebutuhan terus-menerus akan variasi, sensasi dan tantangan-tantangan baru. Mereka tidak suka akan hal yang rutin dan mencari pengalaman baru. Mereka mengambil resiko, berspekulasi dan menyelidiki hal baru. Allport percaya melalui pengalaman dan resiko yang yang menimbulkan tegangan ini, manusia dapat tumbuh.
• Kriteria Kepribadian yang Matang
Tujuh kriteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1. Perluasan Perasaan Diri
Ketika diri berkembang maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Pertama, diri berpusat pada individu, kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Ketika orang berkembang menjadi matang maka, dia mengembangkan perhatian-perhatian diluar diri. Akan tetapi tidak cukup hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang diluar dirinya oleh karena itu, orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh.
Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktifitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia akan sehat secara psikologis. Diri akan menjadi tertanam dalam aktifitas yang penuh arti dan aktifitas ini menjadi perluasan perasaan diri.
2. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan 2 macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain yaitu, kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, dan teman akrab. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman ialah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Hubungan cinta dari orang-orang yang neurotis dengan hubungan cinta dari kepribadian-kepribadian yang sehat mempunyai perbedaan. Orang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak dari pada kemampuan mereka untuk memberinya. Cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
Tipe kehangatan yang kedua, perasaan terharu adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Orang yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat mengakui kelemahan manusia dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan yang sama. Akan tetapi orang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3. Keamanan emosional
Kualitas utama dari kepribadian yang sehat adalah penerimaan diri. Kepribadian yang sehat menerima semua segi yang ada dari mereka, termasuk kelemahan dan kekurangan secara pasif pada kelemahan dan kekurangan tersebut, mereka juga mampu menerima emosi-emosi manusia dan tidak bersembunyi dari emosi itu, dan mengontrol emosi-emosi mereka sehingga emosi ini tidak mengganggu aktivitas antar pribadi. Akan tetapi orang neurotis menyerah pada emosi apa saja yang dominan pada saat itu. Berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau kebencian walaupun perasaan ini mungkin tidak tepat.
Orang yang sehat mampu hidup dengan inti dan segi-segi lain dalam kodrat manusia, dengan sedikit konflik dalam diri mereka atau dengan masyarakat. Kualitas lain dari keamanan emosional ialah “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan dari kemauan dan keinginan. Orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran, mereka tidak menyerahkan diri pada kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara yang berbeda dan tidak bebas dari perasaan-perasaan tidak aman dan ketakutan-ketakutan, tetapi mereka merasa kurang terancam dan dapat menanggulangi perasaan tersebut dengan lebih baik dari pada orang yang neurotis.
4. Persepsi Realistis
Orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang yang neurotis kerap kali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Mereka tidak perlu percaya bahwa orang lain atau situasi semuanya jahat atau baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5. Ketrampilan-ketrampilan dan Tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya meneggelamkan diri sendiri didalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukan perkembangan ketrampilan dan bakat tertentu (suatu tingkat kemampuan). Allport juga mengemukakan ada kemungkinan bahwa orang-orang yang memiliki ketrampilan menjadi neurotis. Akan tetapi tidak mungkin menemukan orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan ketrampilan mereka pada pekerjaan mereka.
Komitmen dalam orang sehat begitu kuat sehingga mereka sanggup menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan (seperti kebanggaan) ketika mereka terbenam dalam pekerjaan mereka. Pekerjaan ini ada hubungannya dengan tanggung jawab dan kelangsungan hidup yang positif. Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesahatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.
6. Pemahaman Diri
Usaha untuk mengetahui diri secara objektif mulai pada awal kehidupan dan tidak akan pernah berhenti tetapi ada kemungkinan mencapai suatu tingkat pemahaman diri tertentu yang berguna dalam setiap usia. Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negative kepada orang lain. Orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas dari pada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Shultz, Duane. 1991. Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius
Siswanto, S.Psi . 2007. Kesehatan Mental .Yogyakarta : Andi
Dalam psikologi dikenal berbagai macam mazhab dengan teorinya yang berbeda-beda, begitu juga dengan pengertian kepribadian sehat berbeda-beda pada tiap mazhab.
A. Menurut Psikoanalisa:
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freuddan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.
Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif, alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini mengabaikan Potensi yang dimiliki oleh manusia. Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini.
Kepribadian yang normal (sehat).
1) Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2) Kepribadian sehat adalah Hasil dari belajar dalam mengatasi tekanan dan kecemasan.
3) Kesehatan mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego. (Prayitno, dalam Ifdil)
B. Menurut Behaviorisme:
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari fungsionalisme.
Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam suatu system kompleks yang bertigkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum behavioris, individu digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas, seperti alat pengatur panas.
Prinsip dasar behaviorisme:
1) Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
2) Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
3) Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
4) Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
5) Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
6) Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
C. ORANG YANG MATANG (MODEL ALLPORT)
Pendekatan Allport Terhadap Kepribadian
Orang tua Allport menekankan pentingnya kerja keras dan kesalehan, dan mereka membentukanya dengan suasana aman dan kasih sayang, oleh karena Allport lebih optimis tentang kodrat manusia daripada Freud. Dia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia karena sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya.
Gambaran kodrat manusia menurut Allport adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung-nyanjung. Salah satu pendekatan yang berguna terhadap pemahaman segi pandangan psikologis Allport adalah mengemukakan tema-tema pokok dari teorinya tentang kepribadian dan menunjukkan bagaimana tema-tema itu berbeda dari apa yang terdapat pada Freud.
Menurut Allport kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Orang-orang yang neurotis terikat atau terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, tetapi orang-orang yang sehat bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Pandangan orang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanan-kanak. Segi pandang yang sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak.
Karena Allport mengetahui perbedaan-perbedaan antara manusia yang neurotis dan manusia yang sehat ini, maka dia lebih suka mempelajari hanya orang-orang dewasa yang matang dan kerena itu sistem dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.
• Motivasi pada Pribadi yang Sehat
Allport percaya bahwa masalah yang sangat penting bagi para ahli psikologi yang memperlajari kepribadian ialah usaha untuk menerangkan motivasi. Menurut Allport, motif-motif seorang dewasa bukan perpanjangan atau perluasan motif-motif masa kanak-kanak. Motif-motif orang dewasa secara fungsional otonom terhadap masa kanak-kanak , yakni motif-motif itu tidak tergantung pada keadaan-keadaan asli.
“Kodrat intensional” (intentional nature) kepribadian sehat (perjuangan ke arah masa depan) mempersatukan dan mengintegrasikan seluruh kepribadian. Kendati mungkin seseorang ditimpa oleh masalah-masalah dan konflik-konflik (dan bahkan kepribadian yang sehat tidak sama sekali bebas dari masalah-masalah), kepribadiannya dalam arti tertentu dapat menjadi utuh dengan mengintegrasikan semua seginya untuk mencapai tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
Manusia yang sehat memiliki kebutuhan terus-menerus akan variasi, sensasi dan tantangan-tantangan baru. Mereka tidak suka akan hal yang rutin dan mencari pengalaman baru. Mereka mengambil resiko, berspekulasi dan menyelidiki hal baru. Allport percaya melalui pengalaman dan resiko yang yang menimbulkan tegangan ini, manusia dapat tumbuh.
• Kriteria Kepribadian yang Matang
Tujuh kriteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1. Perluasan Perasaan Diri
Ketika diri berkembang maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Pertama, diri berpusat pada individu, kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Ketika orang berkembang menjadi matang maka, dia mengembangkan perhatian-perhatian diluar diri. Akan tetapi tidak cukup hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang diluar dirinya oleh karena itu, orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh.
Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktifitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia akan sehat secara psikologis. Diri akan menjadi tertanam dalam aktifitas yang penuh arti dan aktifitas ini menjadi perluasan perasaan diri.
2. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan 2 macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain yaitu, kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, dan teman akrab. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman ialah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Hubungan cinta dari orang-orang yang neurotis dengan hubungan cinta dari kepribadian-kepribadian yang sehat mempunyai perbedaan. Orang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak dari pada kemampuan mereka untuk memberinya. Cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
Tipe kehangatan yang kedua, perasaan terharu adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Orang yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat mengakui kelemahan manusia dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan yang sama. Akan tetapi orang neurotis tidak sabar dan tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3. Keamanan emosional
Kualitas utama dari kepribadian yang sehat adalah penerimaan diri. Kepribadian yang sehat menerima semua segi yang ada dari mereka, termasuk kelemahan dan kekurangan secara pasif pada kelemahan dan kekurangan tersebut, mereka juga mampu menerima emosi-emosi manusia dan tidak bersembunyi dari emosi itu, dan mengontrol emosi-emosi mereka sehingga emosi ini tidak mengganggu aktivitas antar pribadi. Akan tetapi orang neurotis menyerah pada emosi apa saja yang dominan pada saat itu. Berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau kebencian walaupun perasaan ini mungkin tidak tepat.
Orang yang sehat mampu hidup dengan inti dan segi-segi lain dalam kodrat manusia, dengan sedikit konflik dalam diri mereka atau dengan masyarakat. Kualitas lain dari keamanan emosional ialah “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan dari kemauan dan keinginan. Orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran, mereka tidak menyerahkan diri pada kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara yang berbeda dan tidak bebas dari perasaan-perasaan tidak aman dan ketakutan-ketakutan, tetapi mereka merasa kurang terancam dan dapat menanggulangi perasaan tersebut dengan lebih baik dari pada orang yang neurotis.
4. Persepsi Realistis
Orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang yang neurotis kerap kali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Mereka tidak perlu percaya bahwa orang lain atau situasi semuanya jahat atau baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5. Ketrampilan-ketrampilan dan Tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya meneggelamkan diri sendiri didalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukan perkembangan ketrampilan dan bakat tertentu (suatu tingkat kemampuan). Allport juga mengemukakan ada kemungkinan bahwa orang-orang yang memiliki ketrampilan menjadi neurotis. Akan tetapi tidak mungkin menemukan orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan ketrampilan mereka pada pekerjaan mereka.
Komitmen dalam orang sehat begitu kuat sehingga mereka sanggup menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan (seperti kebanggaan) ketika mereka terbenam dalam pekerjaan mereka. Pekerjaan ini ada hubungannya dengan tanggung jawab dan kelangsungan hidup yang positif. Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesahatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.
6. Pemahaman Diri
Usaha untuk mengetahui diri secara objektif mulai pada awal kehidupan dan tidak akan pernah berhenti tetapi ada kemungkinan mencapai suatu tingkat pemahaman diri tertentu yang berguna dalam setiap usia. Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negative kepada orang lain. Orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas dari pada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Shultz, Duane. 1991. Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius
Siswanto, S.Psi . 2007. Kesehatan Mental .Yogyakarta : Andi
teori perkembangan menurut Erick Erikson dan Sigmund Freud
Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia; satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.
1. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. Kepercayaan ini akan terbina dengan baik apabila dorongan oralis pada bayi terpuaskan, misalnya untuk tidur dengan tenang, menyantap makanan dengan nyaman dan tepat waktu, serta dapat membuang kotoron (eliminsi) dengan sepuasnya. Oleh sebab itu, pada tahap ini ibu memiliki peranan yang secara kwalitatif sangat menentukan perkembangan kepribadian anaknya yang masih kecil. Apabila seorang ibu bisa memberikan rasa hangat dan dekat, konsistensi dan kontinuitas kepada bayi mereka, maka bayi itu akan mengembangkan perasaan dengan menganggap dunia khususnya dunia sosial sebagai suatu tempat yang aman untuk didiami, bahwa orang-orang yang ada didalamnya
2. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu
Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. Apabila dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat suatu sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian. Namun, sebaliknya jika orang tua dalam mengasuh anaknya bersikap salah, maka anak dalam perkembangannya akan mengalami sikap malu dan ragu-ragu. Dengan kata lain, ketika orang tua dalam mengasuh anaknya sangat memperhatikan anaknya dalam aspek-aspek tertentu misalnya mengizinkan seorang anak yang menginjak usia balita untuk dapat mengeksplorasikan dan mengubah lingkungannya, anak tersebut akan bisa mengembangkan rasa mandiri atau ketidaktergantungan. Pada usia ini menurut Erikson bayi mulai belajar untuk mengontrol tubuhnya, sehingga melalui masa ini akan nampak suatu usaha atau perjuangan anak terhadap pengalaman-pengalaman baru yang berorientasi pada suatu tindakan/kegiatan yang dapat menyebabkan adanya sikap untuk mengontrol diri sendiri dan juga untuk menerima control dari orang lain. Misalnya, saat anak belajar berjalan, memegang tangan orang lain, memeluk, maupun untuk menyentuh benda-benda lain.
3. Inisiatif vs Kesalahan
Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. Masa-masa bermain merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru juga merasa memiliki tujuan. Dikarenakan sikap inisiatif merupakan usaha untuk menjadikan sesuatu yang belum nyata menjadi nyata, sehingga pada usia ini orang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara mendorong anak untuk mewujudkan gagasan dan ide-idenya. Akan tetapi, semuanya akan terbalik apabila tujuan dari anak pada masa genital ini mengalami hambatan karena dapat mengembangkan suatu sifat yang berdampak kurang baik bagi dirinya yaitu merasa berdosa dan pada klimaksnya mereka seringkali akan merasa bersalah atau malah akan mengembangkan sikap menyalahkan diri sendiri atas apa yang mereka rasakan dan lakukan.
orang lain menjadi terhambat. Peristiwa ini biasanya dikenal dengan istilah formalism.
5. Identitas vs Kekacauan Identitas
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota
Pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan bagian dari tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini. Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat. Lingkungan dalam tahap ini semakin luas tidak hanya berada dalam area keluarga, sekolah namun dengan masyarakat yang ada dalam lingkungannya. Masa pubertas terjadi pada tahap ini, kalau pada tahap sebelumnya seseorang dapat menapakinya dengan baik maka segenap identifikasi di masa kanak-kanak diintrogasikan dengan peranan sosial secara aku, sehingga pada tahap ini mereka sudah dapat melihat dan mengembangkan suatu sikap yang baik dalam segi kecocokan antara isi dan dirinya bagi orang lain, selain itu juga anak pada jenjang ini dapat merasakan bahwa mereka sudah menjadi bagian dalam kehidupan orang lain. Semuanya itu terjadi karena mereka sudah dapat menemukan siapakah dirinya. Identitas ego merupakan kulminasi nilai-nilai ego sebelumnya yang merupakan ego sintesis. Dalam arti kata yang lain pencarian identitas ego telah dijalani sejak berada dalam tahap pertama/bayi sampai seseorang berada pada tahap terakhir/tua. Oleh karena itu, salah satu point yang perlu diperhatikan yaitu apabila tahap-tahap sebelumnya berjalan kurang lancar atau tidak berlangsung secara baik, disebabkan anak tidak mengetahui dan memahami siapa dirinya yang sebenarnya ditengah-tengah pergaulan dan struktur sosialnya, inilah yang disebut dengan identity confusion atau kekacauan identitas.
6. Keintiman vs Isolasi
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
7. Generativitas vs Stagnasi
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan.
Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang lain. Pemahaman ini sangat jauh berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu pemujaan terhadap diri sendiri dan sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi ini adalah tidak perduli terhadap siapapun.
8. Integritas vs Keputusasaan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya
Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini berarti sudah cukup berhasil melewati tahap-tahap sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan. Tahap ini merupakan tahap yang sulit dilewati menurut pemandangan sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari lingkungan kehidupannya, karena orang pada usia senja dianggap tidak dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguna. Kesulitan tersebut dapat diatasi jika di dalam diri orang yang berada pada tahap paling tinggi dalam teori Erikson terdapat integritas yang memiliki arti tersendiri yakni menerima hidup dan oleh karena itu juga berarti menerima akhir dari hidup itu sendiri. Namun, sikap ini akan bertolak belakang jika didalam diri mereka tidak terdapat integritas yang mana sikap terhadap datangnya kecemasan akan terlihat. Kecenderungan terjadinya integritas lebih kuat dibandingkan dengan kecemasan dapat menyebabkan maladaptif yang biasa disebut Erikson berandai-andai, sementara mereka tidak mau menghadapi kesulitan dan kenyataan di masa tua. Sebaliknya, jika kecenderungan kecemasan lebih kuat dibandingkan dengan integritas maupun secara malignansi yang disebut dengan sikap menggerutu, yang diartikan Erikson sebagai sikap sumaph serapah dan menyesali kehidupan sendiri. Oleh karena itu, keseimbangan antara integritas dan kecemasan itulah yang ingin dicapai dalam masa usia senja guna memperoleh suatu sikap kebijaksanaan.
Teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freud adalah salah satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang paling kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang melalui serangkaian tahapan masa kanak-kanak di mana mencari kesenangan-energi dari id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual, atau libido , digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku.
Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.
Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap “terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan oral melalui merokok, minum, atau makan.
Tahap Perkembangan Psikoseksual Sigmund Freud
1. Fase Oral
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral.
Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok makan, atau menggigit kuku.
2. Fase Anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif dan kreatif.
Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum, mengejek atau malu seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa-yg mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana individu memiliki, boros atau merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat-analberkembang di mana individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
3. Fase Phalic
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah.Namun, anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan.
Istilah Electra kompleks telah digunakan untuk menggambarkan satu set sama perasaan yang dialami oleh gadis-gadis muda. Freud, bagaimanapun, percaya bahwa gadis-gadis bukan iri pengalaman penis.
Akhirnya, anak menyadari mulai mengidentifikasi dengan induk yang sama-seks sebagai alat vicariously memiliki orang tua lainnya. Untuk anak perempuan, Namun, Freud percaya bahwa penis iri tidak pernah sepenuhnya terselesaikan dan bahwa semua wanita tetap agak terpaku pada tahap ini. Psikolog seperti Karen Horney sengketa teori ini, menyebutnya baik tidak akurat dan merendahkan perempuan. Sebaliknya, Horney mengusulkan bahwa laki-laki mengalami perasaan rendah diri karena mereka tidak bisa melahirkan anak-anak.
4. Fase Latent
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri.
Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah.
5. Fase Genital
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.
Daftar pustaka
A.Supratiknya. 1993. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta : Kanisius
Suryabrata, Sumadi. 1983.Psikologi Kepribadian. Jakarta : Raja Grafindo Persada
1. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. Kepercayaan ini akan terbina dengan baik apabila dorongan oralis pada bayi terpuaskan, misalnya untuk tidur dengan tenang, menyantap makanan dengan nyaman dan tepat waktu, serta dapat membuang kotoron (eliminsi) dengan sepuasnya. Oleh sebab itu, pada tahap ini ibu memiliki peranan yang secara kwalitatif sangat menentukan perkembangan kepribadian anaknya yang masih kecil. Apabila seorang ibu bisa memberikan rasa hangat dan dekat, konsistensi dan kontinuitas kepada bayi mereka, maka bayi itu akan mengembangkan perasaan dengan menganggap dunia khususnya dunia sosial sebagai suatu tempat yang aman untuk didiami, bahwa orang-orang yang ada didalamnya
2. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu
Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. Apabila dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat suatu sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian. Namun, sebaliknya jika orang tua dalam mengasuh anaknya bersikap salah, maka anak dalam perkembangannya akan mengalami sikap malu dan ragu-ragu. Dengan kata lain, ketika orang tua dalam mengasuh anaknya sangat memperhatikan anaknya dalam aspek-aspek tertentu misalnya mengizinkan seorang anak yang menginjak usia balita untuk dapat mengeksplorasikan dan mengubah lingkungannya, anak tersebut akan bisa mengembangkan rasa mandiri atau ketidaktergantungan. Pada usia ini menurut Erikson bayi mulai belajar untuk mengontrol tubuhnya, sehingga melalui masa ini akan nampak suatu usaha atau perjuangan anak terhadap pengalaman-pengalaman baru yang berorientasi pada suatu tindakan/kegiatan yang dapat menyebabkan adanya sikap untuk mengontrol diri sendiri dan juga untuk menerima control dari orang lain. Misalnya, saat anak belajar berjalan, memegang tangan orang lain, memeluk, maupun untuk menyentuh benda-benda lain.
3. Inisiatif vs Kesalahan
Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. Masa-masa bermain merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru juga merasa memiliki tujuan. Dikarenakan sikap inisiatif merupakan usaha untuk menjadikan sesuatu yang belum nyata menjadi nyata, sehingga pada usia ini orang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara mendorong anak untuk mewujudkan gagasan dan ide-idenya. Akan tetapi, semuanya akan terbalik apabila tujuan dari anak pada masa genital ini mengalami hambatan karena dapat mengembangkan suatu sifat yang berdampak kurang baik bagi dirinya yaitu merasa berdosa dan pada klimaksnya mereka seringkali akan merasa bersalah atau malah akan mengembangkan sikap menyalahkan diri sendiri atas apa yang mereka rasakan dan lakukan.
orang lain menjadi terhambat. Peristiwa ini biasanya dikenal dengan istilah formalism.
5. Identitas vs Kekacauan Identitas
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota
Pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan bagian dari tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini. Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat. Lingkungan dalam tahap ini semakin luas tidak hanya berada dalam area keluarga, sekolah namun dengan masyarakat yang ada dalam lingkungannya. Masa pubertas terjadi pada tahap ini, kalau pada tahap sebelumnya seseorang dapat menapakinya dengan baik maka segenap identifikasi di masa kanak-kanak diintrogasikan dengan peranan sosial secara aku, sehingga pada tahap ini mereka sudah dapat melihat dan mengembangkan suatu sikap yang baik dalam segi kecocokan antara isi dan dirinya bagi orang lain, selain itu juga anak pada jenjang ini dapat merasakan bahwa mereka sudah menjadi bagian dalam kehidupan orang lain. Semuanya itu terjadi karena mereka sudah dapat menemukan siapakah dirinya. Identitas ego merupakan kulminasi nilai-nilai ego sebelumnya yang merupakan ego sintesis. Dalam arti kata yang lain pencarian identitas ego telah dijalani sejak berada dalam tahap pertama/bayi sampai seseorang berada pada tahap terakhir/tua. Oleh karena itu, salah satu point yang perlu diperhatikan yaitu apabila tahap-tahap sebelumnya berjalan kurang lancar atau tidak berlangsung secara baik, disebabkan anak tidak mengetahui dan memahami siapa dirinya yang sebenarnya ditengah-tengah pergaulan dan struktur sosialnya, inilah yang disebut dengan identity confusion atau kekacauan identitas.
6. Keintiman vs Isolasi
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
7. Generativitas vs Stagnasi
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan.
Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang lain. Pemahaman ini sangat jauh berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu pemujaan terhadap diri sendiri dan sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi ini adalah tidak perduli terhadap siapapun.
8. Integritas vs Keputusasaan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya
Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini berarti sudah cukup berhasil melewati tahap-tahap sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan. Tahap ini merupakan tahap yang sulit dilewati menurut pemandangan sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari lingkungan kehidupannya, karena orang pada usia senja dianggap tidak dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguna. Kesulitan tersebut dapat diatasi jika di dalam diri orang yang berada pada tahap paling tinggi dalam teori Erikson terdapat integritas yang memiliki arti tersendiri yakni menerima hidup dan oleh karena itu juga berarti menerima akhir dari hidup itu sendiri. Namun, sikap ini akan bertolak belakang jika didalam diri mereka tidak terdapat integritas yang mana sikap terhadap datangnya kecemasan akan terlihat. Kecenderungan terjadinya integritas lebih kuat dibandingkan dengan kecemasan dapat menyebabkan maladaptif yang biasa disebut Erikson berandai-andai, sementara mereka tidak mau menghadapi kesulitan dan kenyataan di masa tua. Sebaliknya, jika kecenderungan kecemasan lebih kuat dibandingkan dengan integritas maupun secara malignansi yang disebut dengan sikap menggerutu, yang diartikan Erikson sebagai sikap sumaph serapah dan menyesali kehidupan sendiri. Oleh karena itu, keseimbangan antara integritas dan kecemasan itulah yang ingin dicapai dalam masa usia senja guna memperoleh suatu sikap kebijaksanaan.
Teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freud adalah salah satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang paling kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang melalui serangkaian tahapan masa kanak-kanak di mana mencari kesenangan-energi dari id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual, atau libido , digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku.
Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.
Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap “terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan oral melalui merokok, minum, atau makan.
Tahap Perkembangan Psikoseksual Sigmund Freud
1. Fase Oral
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral.
Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok makan, atau menggigit kuku.
2. Fase Anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif dan kreatif.
Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua ‘bukan menghukum, mengejek atau malu seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon orangtua tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa-yg mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana individu memiliki, boros atau merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat-analberkembang di mana individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif.
3. Fase Phalic
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah.Namun, anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan.
Istilah Electra kompleks telah digunakan untuk menggambarkan satu set sama perasaan yang dialami oleh gadis-gadis muda. Freud, bagaimanapun, percaya bahwa gadis-gadis bukan iri pengalaman penis.
Akhirnya, anak menyadari mulai mengidentifikasi dengan induk yang sama-seks sebagai alat vicariously memiliki orang tua lainnya. Untuk anak perempuan, Namun, Freud percaya bahwa penis iri tidak pernah sepenuhnya terselesaikan dan bahwa semua wanita tetap agak terpaku pada tahap ini. Psikolog seperti Karen Horney sengketa teori ini, menyebutnya baik tidak akurat dan merendahkan perempuan. Sebaliknya, Horney mengusulkan bahwa laki-laki mengalami perasaan rendah diri karena mereka tidak bisa melahirkan anak-anak.
4. Fase Latent
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri.
Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah.
5. Fase Genital
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.
Daftar pustaka
A.Supratiknya. 1993. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta : Kanisius
Suryabrata, Sumadi. 1983.Psikologi Kepribadian. Jakarta : Raja Grafindo Persada
sejarah kesehatan mental
sedikit saya akan menjelaskan bagaimanatentang sejarah kesehatan mental .. bagaimanasii jlannya kesehatan mental ituu??????
Setelah Perang Dunia II, perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia. Pepatah Yunani tentang mens sana in confore sano merupakan satu indikasi bahwa masyarakat di zaman sebelum masehi pun sudah memperhatikan betapa pentingnya aspek kesehatan mental.
Yang tercatat dalam sejarah ilmu, khususnya di bidang kesehatan mental, kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban. Untuk lebih lanjutnya, berikut dikemukakan secara singkat tentang sejarah perkembangan kesehatan mental.
1. Kesehatan itu sendiri adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan Mental yaitu gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya).
Jika kedua difinisi tersebut digabungkan kesehatan mental yaitu dimana seseorang sanggup menikmati hidup ini, bisa diterima dikalangan masyarakat, menerimanya dan sanggup bersosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya.
Jika dilihat dari sejarah perkembangan kesehatan mental semakin lama mengalamai perubahan setelah Perang Dunia II, perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban.
seperti ilmu psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia tidak berbeda dengan kesehatan mental hanya saja masalah dan cara penagannya berbeda pada saat itu.
Jaman dulu banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai penyakit mental, ada yang percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap penyakit jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat sehingga para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat dengan rantai besi.
Namun seiring jaman yang semakin maju dan perkembangan ilmu pengetahuan Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris, mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Lalu mereka dikenal dengan masa masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Dan selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan.
Dan banyak tokoh mengenai perkembangan sejarah kesehatan mental seperti :
1. Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika.
2. Clifford Whittingham Beers (1876-1943). karena Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan saat di rumah sakit jiwa.
Serta beers menulis buku yang berjudul ”A Mind That Found Itself”
melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan, Beers menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhan bagi penderita gangguan mental dan menyusun suatu program yang beriisikan :
1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
Para psikolog besar sangat terkesan oleh Beers termasuk William James dan Adolf Meyer. Pada akhirnya Adolf Meyer menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
Dasar dan Tujuan Mempelajari Kesehatan Mental
Ketenangan hidup, ketentraman jiwa atau kebahagiaan batin, tidak tergantung kepada faktor-faktor luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dsb. akan tetapi lebih tergantung dari cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.
Serta pemahaman terhadap kesehatan mental itu sendiri yaitu untuk memestikan akan pengetahuan tentang konsep dasar kesehatan mental, yaitu motivasi (motivation), pertarungan psikologikal (psychologgical conflict), kerisauan (anciety), dan cara membela diri.
Mempelajari kesehatan pada berbagai ilmu itu pada prinsipnya bertujuan sebagai berikut:
1. Memahami makna kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya.
2. Memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penanganan kesehatan mental.
3. Memiliki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan kesehatan mental masayarakat.
4. Meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi timbulnya gangguan mental masyarakat.
Daftar pustaka
Siswanto, S.Psi . 2007. Kesehatan Mental .Yogyakarta : Andi
Semiun, Yustinus . 2006 . Kesehatan Mental . Yogyakarta : Kanisius
Setelah Perang Dunia II, perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia. Pepatah Yunani tentang mens sana in confore sano merupakan satu indikasi bahwa masyarakat di zaman sebelum masehi pun sudah memperhatikan betapa pentingnya aspek kesehatan mental.
Yang tercatat dalam sejarah ilmu, khususnya di bidang kesehatan mental, kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban. Untuk lebih lanjutnya, berikut dikemukakan secara singkat tentang sejarah perkembangan kesehatan mental.
1. Kesehatan itu sendiri adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan Mental yaitu gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya).
Jika kedua difinisi tersebut digabungkan kesehatan mental yaitu dimana seseorang sanggup menikmati hidup ini, bisa diterima dikalangan masyarakat, menerimanya dan sanggup bersosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya.
Jika dilihat dari sejarah perkembangan kesehatan mental semakin lama mengalamai perubahan setelah Perang Dunia II, perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban.
seperti ilmu psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia tidak berbeda dengan kesehatan mental hanya saja masalah dan cara penagannya berbeda pada saat itu.
Jaman dulu banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai penyakit mental, ada yang percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap penyakit jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat sehingga para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat dengan rantai besi.
Namun seiring jaman yang semakin maju dan perkembangan ilmu pengetahuan Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris, mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Lalu mereka dikenal dengan masa masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Dan selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan.
Dan banyak tokoh mengenai perkembangan sejarah kesehatan mental seperti :
1. Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika.
2. Clifford Whittingham Beers (1876-1943). karena Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan saat di rumah sakit jiwa.
Serta beers menulis buku yang berjudul ”A Mind That Found Itself”
melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan, Beers menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhan bagi penderita gangguan mental dan menyusun suatu program yang beriisikan :
1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
Para psikolog besar sangat terkesan oleh Beers termasuk William James dan Adolf Meyer. Pada akhirnya Adolf Meyer menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
Dasar dan Tujuan Mempelajari Kesehatan Mental
Ketenangan hidup, ketentraman jiwa atau kebahagiaan batin, tidak tergantung kepada faktor-faktor luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dsb. akan tetapi lebih tergantung dari cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.
Serta pemahaman terhadap kesehatan mental itu sendiri yaitu untuk memestikan akan pengetahuan tentang konsep dasar kesehatan mental, yaitu motivasi (motivation), pertarungan psikologikal (psychologgical conflict), kerisauan (anciety), dan cara membela diri.
Mempelajari kesehatan pada berbagai ilmu itu pada prinsipnya bertujuan sebagai berikut:
1. Memahami makna kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya.
2. Memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penanganan kesehatan mental.
3. Memiliki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan kesehatan mental masayarakat.
4. Meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi timbulnya gangguan mental masyarakat.
Daftar pustaka
Siswanto, S.Psi . 2007. Kesehatan Mental .Yogyakarta : Andi
Semiun, Yustinus . 2006 . Kesehatan Mental . Yogyakarta : Kanisius
Langganan:
Postingan (Atom)