Jumat, 29 Oktober 2010

PENGERTIAN MANUSIA DAN BUDAYA

Manusia dan Budaya
Mengamati hidup dan kenyataan yang melingkupi dunia ini, kita akan dibuat takjub dengan berbagai hal yang ada. Salah satu hal yang menakjubkan dari dunia ini adalah manusia. Manusia memiliki banyak kelebihan selain kekurangan yang juga ada di dalam dirinya. Nah, kelebihan yang ada pada manusia ini ditampakkan dalam berbagai bentuk. Dan, kelebihan itulah yang boleh kita sebut sebagai potensi yang di mililki oleh manusia. Manusia memiliki banyak potensi yang membutuhkan aktualisasi. Ketika manusia mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki, maka muncullah yang namanya budaya.
Seperti yang pernah diungkapkan oleh Aristoteles tentang potensi dan aktus. Mengambil ide ini, manusia itu potensi yang harus diaktualisasilkan agar ia menghasilkan sesuatu. Apa yang dihasilkan oleh manusia dari potensi-potensi itu dapat berupa peristiwa, barang, simbol dan bahasa, dll. Boleh dikatakan bahwa hamper seluruh karya cipta manusia itu adalah budaya itu sendiri. Tulisan ini berupaya melihat manusia dan budaya yang merupakan hasil dari manusia itu sendiri. Selain itu, tulisan ini juga berupaya melihat budaya dunia sekarang ini. Tentu, pengamatan atas budaya dunia ini beranjak dari unsure-unsur budaya yang akan penulis paparkan pada bagian selanjutnya. Dan, tidak lupa juga penulis menyisipkan sebuah pengamatn singkat berkaitan dengan interrelasi manusia dan budaya.

Manusia
Sudah semenjak lama, manusia mencari definisi dirinya(manusia), dan juga keberadaannya di dunia ini. Demikian juga sudah banyak defenisi yang telah dihasilkan guna menjawabi pertanyaan ini. Namun, pertanyaan ini belum juga berahasil dijawab olelh manusia. Manusia mempertanyakan dirinya karena manusia merasa bahwa keberadaan dirinya tentu mempunyai maksud. Dan, maksud itu tentulah mempunyai arti. Nah, arti inilah yang membuat manusia itu sebagai manusia sekarang ada di dunia ini. Kedua hal – defenisi manusia dan eksistensi manusia – tidak dapat dipisahkan. Apabila menjawab satu pertanyaan yang ada, maka pertanyaan yang lain pun akan terjawab pula.
Terlepas dari segala polemik dalam upaya mencari arti manusia itu, kita harus mengakui bahwa sampai dengan saat ini pertanyaan apa itu manusia belum juga benar-benar memuaskan manusia sebagai keseluruhan dirinya. Sullitnya mencari defenisi manusia hal ini dikarenakan manusia itu mahluk yang kompleks. Semakin komplek sesuatu, semakin sulit pula menemukan saripati dari sesuatu yang hendak diambil. Walaupun sudah sekian banyak telaah yang dilakukan guna mendefenisikan manusia. Dan sudah banyak sudut pandang serta ahli yang berkutat dalam hal ini, mereka selalu berada di jalan yang buntu. Walaupun demikian, kita harus memiliki suatu defenisi yang harus dipegang, agar tidak mengalami kegoyahan.
Defenisi yang sering digunakan terhadap manusia adalah manusia itu mahluk rasional. Defenisi ini hendak menunjukkan kepada kita bahwa manusia itu berbeda dari binatang dan ciptaan lain karena memiliki rasio. Defenisi ini jelas memiliki kelemahan. Kelemahan defenisi ini ialah mengabaikan aspek rohani dan aspek lainnya. Walaupun demikian, defenisi ini cukup membantu kita memahami posisi manusia nantinya dalam memahami kaitannya dengan budaya.

Budaya
Ada banyak perdebatan di antara para ahli tentang defenisi budaya. Defenesi budaya yang ada sekarang ini cenderung sesuai dengan bidang telaah yang dipakai oleh para ilmuan. Sehingga ada defenisi budaya menurut sejarah, anthropologi, sosiologi, dll. Namun, dalam budaya ada banyak nilai. Nilai-nilai inilah yang tersimpan dalam setiap budaya di dunia ini. Sama seperti manusia, budaya itu kompleks dan kekomplekkan ini justru membuat budaya itu sulit pula diberi arti. Kekomplekkan ini mengandaikan ada banyak unsur dan faktor di dalamnya. Pada kesempatan ini, kita akan melihat unsur dan faktor yang membentuk budaya.
A. Unsur budaya
Kekomplekan budaya hendak menunjukan bahwa ada banyak hal yang menyusun budaya. Yang hendak ditunjukan di sini hanyalah pambagian yang sangat sederhana atas budaya
1. Unsur subjektif
Seperti yang sudah diutarakan sebelumnya bahwa budaya itu mengadung nilai. Nilai-nilai inilah yang pada awalnya ada pada manusia. Manusia itu dilihat sebagai subjek yang memilli nilai. Kepemilikan atas nilai ini menjadikan manusia harus mengatualisasikannya dalam dunia. Terlepas bagaimana manusia mengaktualisasikan nilai-nilai itu sendiri. Manusia, dalam ide apriori, sudah memiliki nilai itu. Kepemillikan atas nilai itu sah hanya ada pada menusia. Sedangkan pada ciptaan lain hal ini tidak dapat dijamin keberadaanya. Jadi unsur subjektif budaya adalah manusia dengan nilai-nilail yang terpatri di dalam diri manusia itu sendiri.
2. Unsur objektif
Penjelasan atas unsur subjektif, sebenarnya, menghantar kita untuk memahami unsur objektif. Unsur objektif itu sendiri merupan hal-hal yang terjelmakan dari nilai-nilai yang sudah tampak dari unsure objektif. Nah. Unsur objektif ini dapat dalam berbagai bentuk. Segala bentuk unsur objektif ini, dapat berupa sistem masyarkat, tata hidup, pola bercocok tanam dan banyak lagi. Semuanya itu muncul dari nilai-nilai yang sudah dianut oleh manusia. Secara sederhana, unsur objektif dari budaya ialah ilmu pengetahuan, teknologi, social, ekonomi, seni dan agama.
B. Faktor budaya
Apa yang dimaksukan dengan faktor budaya lebih merupakan hal-hal yang mendukung terbentuknya budaya. Dengan maksud ini, kita akan melihat bagaimana budaya itu sebagai bagian dari manusia juga mendapat dukungan pengaruh dari dunia ini. Hal-hal yang mendukung terbentuknya dunia adalah rasionalitas manusia. Manusia dengan kelebihan rasionalitas ini dimampukan untuk mengungkapkan segala nilai yang ada di dalam dirinya. Apa yang telah dihasilkanoleh manusia ini kemudian terus mengalmi pengolahan. Dalam pengolahan ini, ada sebagaian orang yang beranggapan bahwa budaya mengalami evolusi, lain pihak lagi yang mengatakan mengalmi degradasi. Habitat juga turut mempengaruhi budaya. Habitat di sini, yakni topografi, iklim dan demografi. Selain itu, factor lainnya dlaan dialektiga antar tantangan dan jawaban. Maksundya adalah setiap tantangan atau rintangan dari tingkat yang sulit hingga rang kurang sulit juga mempengaruhi cara manusia menanggapi. Biasanya semakin sulit suatu tangangan budaya yang dihasilkan juga semakin besar, demikian juga sebaliknya.
Perlulah diingat bahwa suatu budaya tidak dapat dikatakan ia berkembang atau baik, ketika teknologinya semakin maju atau seni dan sastranya berkembang dengan pesat. Budaya itu dikatakan berkembang ke arah yang maju ketika ada keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud adalah antara nilai-nilai yang ada dalam diri manusia dan hasil penerapannya dalam budaya memiliki keseimbangan. Hal ini tampak ketika yang dihasilkan bukanya membuat manusia berada dalam keteracaman justru sebaliknya nilai itu hidup dan semakin memanusiakan manusia.

Interrelasi manusia dan budaya
Manusia ada demikian juga budaya karena keduanya tidak bisa terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Tidak pernah satu mendahului yang lainnya. Keberadaan keduanya sudah terberikan demikian. Manusia melalui kemampuan rasionlitasnya mampu mengungkapan nilai-nilai apriori kedalam dunia. Disinilah letak peran manusia dalam budaya. Dan budaya sendiri membuat manusia dan nilai-nilainya teraktualisasi dalam dunia. Apa yang teraktualisai muncul dalam berbagai bentuk.
Posisi manusia dalam budaya diungkapkan dalam tiga tingkatan. Ketiga tingkatan itu menunujukan bagaimana nilai yang sudah ada pada unsur subjektif. Posisi manusia dalam kaitannya dengan budaya tampak ketika manusia itu menggunakan ketiga tingkatan ini. Tinkatan dalam pengertian ini tidak boleh dipadanga sebagai tahap-tahapan. Semuanya lebih pada ketiga ciri nilai yang ada pada manusia. Ada pun ketiga nilai itu adalah :
- Nilai umum
Manusia dari awalnya sudah memiliki nilai-nilai yang sama sehingga dimanapun keberadaannya terdapat nilai budaya yang sama pula dan penghayatan atasnnya pun memiliki ciri yang sama pula.contoh bagaimana kisah kebijaksanaan raja Salomo juga tampaka dalam suatu kisah di India.
- Nilai spesialisasi
Pada masing-masing budaya bahkan individu terdapat nilai yang menjadi milik sendiri dan itulah ciri yang membedakan antara satu dengan yang lainnya. Hal yang demikian dapat kita kelompokan sebagai nilai spesialisasi.
- Nilai alternatif
Ada kalannya bahwa nilai yang dianut oleh individu tidak lagi cocok bagi dirinya. Nah, pada saat demikian, individu itu akan mencoba mencari bentuk atau lebih tetapnya nilai lainnya. Nilai inilah yang kemudian dikenakan oleh dirinya. Dengan demikian, nilai itu menjadi nilai alternatife bagi dirinya.


Budaya pada masa kini
Pada dasarnya sulit untuk mengelompokan atau menentukan budaya pada masa kini. Kesulitan itu dikarenakan adanya peperangan konsep yang berupaya saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Untuk sejenak, kita tidak menghiraukan kesulitan yang ada. Lalu, yang kita akan lakukan adalah menelusuri kebudayaan yang sekarang kita alami melalui pengamtan berdasarkan unsure-unsur budaya yang sudah tertera diatas, secara khusus pada unsur objektif. Pertama-tama, kita akan melihat salah satu unsur budaya yang ahkir-ahkir ini perkembangannya sungguh pesat. Unsur yang dimaksudkan adalah teknologi. Berdasarkan pengamatan, (unsur) teknologi yang ada sekarang terjelmakan dalam rupa virtual.
Virtual yang dimaksudkan adalah perkebangan teknologi informatika dan dunia maya yang mempersingkat ruang dan waktu. Dalamkaitan dengan hal itu, kita dapat mengatikan unsure ini dengan “Budaya” virtual ini tidak dapat lepas dari begitu pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Apabila kita membandingan antara masa ini dengans seribu tahunyang lalu, maka perkembangan ilmu pengatahuan masa kini sungguh begitu pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan peningkatan teknologi. Perkembangan teknologi menyebabkan perubahan dalam interaksi sosial. Kaitan antara unsure sosial dan teknologi ini dijelas dengan adanya banyak situs pertemanan seperti twitter, facebook, dll yang jelas memanfaatkan teknologi informatika.
Kehadiran situs pertemanan ini membawa dampak bagi kehidupan sosial masyarakat. Bahkan hadirnya situs-situs ini, relasi yang biasanya dibatasi oleh ruang dan bahkan waktu semakin tidak tampak lagi. Perbedaan waktu dan ruang bukanlah suatu hal perlu dipermasalahkan lagi bagi jaman ini. Kita telah melihat realitas yang ada di dalam masayarakat kita, bahwa computer, smartphone dan masih banyak lagi bukanlah barang. Semua alat-alat itu menjadikan dunia sosial kemasyarakatan menjadi lain sama sekalil dengan 20 atau 30 tahun yang lalau.
Perkembangan unsur ekonomi tampak dalam keadaan ekonomi dunia juga menjadi berubah. Ekonomi dunia yang dahulunya dikuasai oleh barat kini prelahan-lahan mulai dikuasai oleh cina, jepang, korea yang merupakan raksasa ekonomi timur, yang tak lain adalah asia. Demikan juga kesenian yang berkembang saat ini, dunia seni sekarang menjadi beragam dan tidak juga berkiblat pada eropa. Walaupun, banyak hal terpengaruh oleh eropa, tetapi cirri kemultian sungguh tampak jelas. Unsur agama pun memperlihatkan pergeseran di mana, hidup bantin ketimuran sekarang marak digandrungi, baik barat maupun timur sendiri. Demikianlah, dunia sudah mengalami perubahan kebudayaan. Dapat dikatakan bahwa sekarang budaya yang muncul adalah budaya global. Budaya global maksudnya adalah sebuah budaya percampuran, baik itu timur maupun barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar